Satu tahun kemudian, tahun ajaran baru.
Ini adalah hari pertama Rhea memasuki sekolah. Bedanya sekarang dia menduduki kelas XI, bukan lagi anak kelas X yang mendapat posisi terendah di SMA. Rhea menyusuri koridor sekolah yang membawanya ke halaman tengah sekaligus kelas-kelas. Sudah banyak siswa-siswi yang berdiri di luar kelas sambil berbincang dan berkumpul bersama teman-temannya. Rhea terus berjalan dengan hati riang sampai...
"Mati gue!" Secara reflek Rhea mengucapkan dua kata itu pelan. Matanya terbelalak. Seketika detak jantungnya meningkat dua kali lipat melihat pemandangan di depannya. Seseorang yang berdiri cukup jauh disana.
Adnan.
Rhea mencubit pahanya, berharap ini semua hanya mimpi. Oh tidak, sakit. Cewek itu menatap obyeknya kembali, kali ini matanya memincing, berharap ia salah lihat. Napas Rhea tercekat melihat sosok yang mirip Adnan itu masih berdiri di sana, memakai seragam yang sama dengannya. Dia... tidak mungkin dia kembali. Mengapa Adnan ada disini? Bukankah Adnan seharusnya ada di Bandung? Atau, cowok itu sedang nyasar? Apa.. apa dia pindah sekolah? Puluhan pertanyaan terus bermunculan dalam otak Rhea tanpa satupun yang berhasil dia jawab.
Akhirnya dengan sedikit memberanikan diri, Rhea berjalan melewati Adnan yang berdiri di depan kelas X-6 bersama Arman, sahabat Adnan sejak SMP. Ia sengaja melirik Adnan, berharap cowok itu hanyalah halusinasi atau matanya sedang rabun. Saat Adnan juga meliriknya, saat itulah Rhea ingin segera pergi dari sekolah ini. Adnan bukanlah halusinasi, matanya juga tidak rabun. Dengan resah, Rhea mengambil langkah lebar untuk mencari teman-temannya. Mereka harus tahu soal ini.
"Hei Rhe, Adnan sekolah sini!" Tiba-tiba Anna sudah menarik tangan Rhea dan melempar tatapan jahil. Rhea menyapu sekelilingnya. Entah sejak kapan dia sudah berdiri disini, di depan kelas X-2, bersama teman-temannya. Mungkin tadi pikirannya sedang tidak fokus.
"Ciee, kayaknya ada yang berbunga-bunga nih, cinta pertamanya balik lagi." Sindiran yang dilontarkan Salsa malah membuat Rhea hampir menangis. Rhea mengusap wajahnya dengan kedua tangan, masih terlihat syok dengan situasi yang menurutnya terlalu tiba-tiba ini.
"Jangan godain Rhea terus dong, kasian." Dina mengelus kedua bahu Rhea yang bergetar karena syok. "Kita ke lapangan yuk, Pak Salim udah manggil tuh." Rhea mengangguk pelan. Ia berjalan bersama Dina menuju lapangan upacara yang mulai ramai. Ia berbaris di barisan kelasnya. Upacara pembukaan belum dimulai, banyak anak yang masih berpencar kesana kemari untuk bersenda gurau dengan teman-temannya. Beberapa menit kemudian Pak Bakri memasuki lapangan. Beliau berbicara dengan mikrofon, meminta semuanya untuk diam dan kembali ke barisan masing-masing.
°°°
Dio mengacungkan jempolnya setelah mengintip dari jendela lab kimia dan meyakinkan dirinya sendiri kalau situasi di luar sudah aman. Ia melompat dari meja keramik yang ia gunakan sebagai pijakan, lalu duduk bersama keempat temannya yang lebih dulu duduk lesehan.
"Yakin lo udah aman?" tanya Ray berbisik, berusaha tidak terdengar orang-orang dari luar.
"Gue yakin sampai seribu persen." Dio membenahi posisi duduknya. "Mana rokoknya?" Sedetik setelah ia menyelesaikan pertanyaannya, sekotak rokok menghantam kepalanya, membuat cowok itu meringis.
"Sialan lo, Mas." Dimas tidak menanggapi Dio yang menyumpah serapahinya. Gerombolan yang berisi lima cowok itu mulai menjalani aktivitas mereka, yaitu merokok di saat upacara pembukaan. Ray, cowok paling ganteng sekaligus populer. Rico, cowok populer kedua setelah Ray, sekaligus cowok yang paling cuek dalam hal cewek. Zidan, wajahnya agak pas-pasan, dia juga tidak terlalu bandel seperti Ray. Dimas, satu-satunya cowok berkaca mata di gerombolan ini, sekaligus yang paling ceriwis dan banyak bacot. Yang terakhir, Dio, anggota baru sekaligus yang paling muda dalam kelompok mereka. Cogan juga.
![](https://img.wattpad.com/cover/76433749-288-k820638.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senbazuru✔
Teen FictionAda tiga fakta mengerikan yang tersemat dalam diri Reynando Prasraya Mahardika, cowok bebal yang berhasil bikin geger satu sekolah di hari pertamanya karena berani melawan OSIS. 1. Gonta-ganti cewek adalah hobinya. 2. Bermain sama cewek tiap malam a...