5. Salam Kenal, Rhea Maureen

10.7K 769 50
                                    

"Cuih ngeles." Jesslyn mencibir begitu Rhea memposisikan pantatnya tepat di kursi.

"Ngeles kenapa?" Nadya datang dengan membawa nampan berisi semangkuk mie dan dua gelas nutri sari.

"Makasih, Nad." Jesslyn mengambil nutri sari miliknya. "Tuh si Rhea. Tadi gue bahas Adnan, eh malah lari."

"Gue nggak lari, cuma ke kamar mandi."

"Iya, buat ngeles." Jesslyn mulai menyedot minumannya.

Dina hanya menggeleng sembari membuka bungkus rotinya. Ia mengatakan sesuatu sebelum menggigit roti berisi pisang coklat. "Cinta pertama, cinta yang masih tulus dan suci. Cinta pertama memang hal yang sangat manis buat dikenang, karena pasti banyak kenangan indah didalamnya. Tapi tetep aja, bakalan ada cinta terakhir yang jauh lebih manis untuk dikenang."

"Ciee bijak nih yee." Dalam waktu singkat Dina sudah dihadiahi koor godaan dari teman-temannya. Cewek itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil meringis malu.

"Woi, Dio, Dina bijak nih. Lo gamau nyamperin?" Dina cepat-cepat membekap mulut Jesslyn, walaupun sayangnya ia kalah cepat dengan mulut cewek itu. Jesslyn cengengesan melihat Dina yang memelototinya. Jauh disana Dio beserta gerombolannya menoleh kearah mereka. Tapi hanya sekilas, karena detik berikutnya cowok itu membuang muka, disusul dengan godaan teman-temannya padanya.

"Eh, itu Ray udah balik." Dina berusaha mengalihkan topik pembicaraan. Tatapannya tertuju pada Ray yang sedang menggoda Dio.

"Ray itu siapa sih?" Pertanyaan Rhea otomatis membuat empat temannya menoleh kearahnya.

"Ha? Yang bener lo, masa gatau siapa itu Ray? Dia udah terkenal banget seantero sekolah. Rasanya nggak ada di sekolah ini yang nggak kenal sama tu anak. Eh ternyata lo nggak kenal. Gue nggak habis pikir, kudet banget ya lo waktu kelas sepuluh."

Rhea mendelik pada Kira. "Gue udah berubah tau, nggak bakal cupu lagi kayak kelas sepuluh. Liat aja, penampilan gue juga udah berubah kan." Rhea merentangkan tangannya menghadap Kira yang duduk di sebelahnya.

"Dia cowok yang dulu ngelawan OSIS pas MOS, inget?" tanya Jesslyn. Rhea menggeleng, membuat Jesslyn menghela napas. "Pikun stadium akhir emang lo. Gue ceritain deh," Jesslyn mengubah posisi duduknya. "Dulu waktu kelas sepuluh, Ray biasanya bareng Rico sama Zidan. Kemana-mana bareng deh, bahkan paling kalo ke kamar mandi juga bareng. Mereka sering banget bikin onar ke guru, sampe Pak Malik aja demen marahin mereka."

"Dan kalian percaya nggak, dia ditunjuk Pak Hamid buat jadi ketua kelas!" Tangan Kira yang mengambil sejumput snack dari bungkusnya terhenti di udara begitu mendengar Dina yang bercerita heboh.

"Serius lo?" Reaksi yang ditunjukkan Kira dan Rhea sungguh berbeda. Kira terlihat sama hebohnya, sedangkan Rhea terlihat tidak tahu apa-apa.

"Iya, beneran."

Nadya menggeleng sembari menelan mie-nya. "Gue juga nggak nyangka Pak Hamid milih Ray diantara ketiga puluh tiga anak lainnya. Kan bisa aja nunjuk Surya atau Rara. Kenapa harus Ray coba. Gue sama sekali nggak ngerti pemikiran guru itu."

"Parahnya tadi Ray buat ulah. Masa tadi dia cemplungin mentos dibotolnya Farah. Ya jelas airnya meledak lah, apalagi yang jadi korbannya itu Keisha. Tapi disuruh tanggung jawab nggak mau. Gila emang, hari pertama aja udah tebar pesona." Jesslyn melanjutkan cerita Nadya.

"Oh, gitu ya. Gue beli minum dulu deh." Rhea bangkit dari duduknya, merasa kesal karena dirinya adalah satu-satunya anak yang tidak mengenal si obyek pembicaraan. Cewek itu memasuki warung Bu Yanto. "Bu, susu coklat satu ya- awh!" Rhea merintih kesakitan merasakan sesuatu yang keras menabrak lengannya. Dia mendongak dan melihat Haris menabraknya dengan sengaja.

Senbazuru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang