[saya duduk di sini hampir tiap pekan hanya untuk mengunjungi, ini minggu ke lima saya di sini.
saya benci bila kamu memunggungi, itu seperti menyuruh saya pergi.
sesekali kamu tarik rok ketatmu bermaksud melindungi, padahal pahamu itu selalu ingin unjuk gigi.
bila pandangan saya terlindungi, terpaksalah saya pura-pura berdiri .
...
kamu melewati saya begitu saja, lalu menyapa pengunjung.
saya gusar meski sadar itu bagian kerja, lama saya bermenung.
gatal sudah hati saya hendak menyapa, tapi lidah saya rasanya selalu tidak beruntung.
berdiri salah duduk salah hanya untuk sekadar bertanya, saya masih menunggu kesiapan saya yang terkatung-katung.
...
waktu tak mau menunggu meski saya adalah pahatan yang berupa patung, sudah tengah malam.
saya pasrah dengan hati diliput mendung, bukan kamu yang salah tapi saya yang menyiksia diri terlalu kejam.
Siapa sangka Tuhan berbaik hati kali ini, di ujung waktu kamu datang menatap seakan saya orang baru.
Tak apalah pikir saya sambil berdiri , saya berlagak lelaki konglomerat meminta biil dan meletakan uang kertas berwarna biru.
untuk pertama kali saya melihat senyummu dalam jarak yang amat dekat, lebih manis dari yang saya bayangkan ternyata.
saya pulang dengan hati besorak sambil membawa tekad, minggu depan saya harus tahu namamu siapa.]
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa