Emak menuangkan nasi pada setiap piring anak-anaknya.
Ia terlampau senang.
.
Satu persatu sang anak setelah mengambil lauk pauk beranjak.
Si Sulung kembali mengenakan kacamata di sudut kamar dengan kertas menumpuk di depan meja.
Si Tengah membawa nasinya di depan televisi.
Si Bungsu ke serambi memamerkan paha ayam pada anak-anak tetangga.
Ia diam menatap nasi putih tak berasa.
.
Tidak, tidak ia berharap Si Sulung, Si Tengah apalagi Si Bungsu melakukan hal yang sama.
Tidak juga tentang menyuapinya.
Ia paham apa itu bahagia ketika Si Sulung, Si Tengah dan Si Bungsu melahap nasi berjajar berhadapan dengannya.
Yang paling menyedihkan sekaligus tak dapat dielakan adalah melihat punggung Si Sulung, Si Tengah dan Si Bungsu. Sebab ini berarti ia harus siap dalam kesendirian, menikmati lauk lezat dengan lidah yang tak lagi memiliki fungsinya.
.
.
.
Selamat siang, selamat menikmati santapan siang, Mak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa