karet dan kasur hotel

683 32 42
                                    


Sore ini aku sedang tidak ingin menulis. Pun tentangmu.

.

Beberapa hari ini hidungku tak lagi menghirup wanginya tembakau. Kopi juga sengaja dijauhkan oleh mereka dariku. Air putih yang tawar dan tablet pahit jadi teman yang sebenarnya sangat kubenci.

Hutan karet di belakang rumah  berusia setengah abad lebih, menjadi pemandanganku.

.

Aku ingat saat itu, dengan menongkeng parang mengawasi punggungmu yang tengah mengerat pohon karet.

Kamu tersipu malu. Aku bergairah.

Aroma getah basah melumuri tubuh saat kita bersenggama di semak-semak.

Setelahnya kamu berkata, aku ingin bercinta denganmu di kasur hotel seperti film-film itu.

Ya ya, akan kupikirkan. Untuk sementara kita berbulan madu di sini.

.

Kamu menyepakati menimbun karet-karet kering, lalu dapur kita tetap berasap dengan karet-karet bekas puntungan kemarin yang membentuk bola bersudut-sudut.

Perkiraanku sudah berpuluh-puluh kilo, katamu.

Tunggu seratus kilo, kataku.

.

Ketika mereka mulai bersekolah terpaksa karet karet itu kita jual pada toke. Asap dapur tetap dihidupi karet-karet bekas puntungan kemarin yang membentuk bola bersudut-sudut.

.

Belum cukupkah? katamu.

Sabar! kataku.

.

Saat salah satu dari mereka mendapatkan perempuan pilihan, kembali karet-karet kering itu kita jual. Sedangkan asap dapur kita tetap berasal dari karet-karet basah bekas puntungan kemarin yang membentuk bola bersudut-sudut.

.

Kau masih menginginkan kasur di hotel itu bukan? Jadi bertahanlah.

Tidak, tidak. Aku kedingin. Hanya butuh pelukanmu.

Semalam suntuk kita berpelukan, lalu siangnya tubuhmu aku tanam berdekatan dengan kubur bapakku.

.

Sekarang, pohon-pohon karet itu ditumbuhi lumut. Semak-semak melebihi tinggi tubuhku.

Aku tak pernah lagi ke sana, apalagi mereka. Karet tidak lagi sanggup membeli seperempat kilo beras. Tentu tidak pula mampu menyewa kasur hotel.

.

Ah ternyata sore ini aku masih menulis, pun tentangmu.






*karet-karet bekas puntungan kemarin yang membentuk bola bersudut-sudut.

*karet-karet bekas puntungan kemarin yang membentuk bola bersudut-sudut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gambar ini  bukan olahan utama dari sadapan karet. Biasanya digunakan petani karet untuk mencukupi kebutuhan dapur sambil menunggu olahan karet utama kering dan siap dijual.

Lelaki DALAM KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang