Dulu, kamu layaknya rangkaian isi kertas yang menagih untuk diterjemahkan ke dalam kepalaku.
Tulisan itu dibuka dengan cerita tentang lelaki yang memberikan hidupnya padamu. Isi kepalanya penuh denganmu, setiap waktu yang dilewati terasa begitu dekat. Seolah sanggup menghitung helaan napas yang kamu embuskan.
Rangkaian katanya sampai pada halaman terakhir. Berkisah tentang jalan yang tak lagi searah, masing-masing memilih persimpangan. Dianya-kamu tersenyum memandang, lalu membawamu berenang seolah membasuh daki-dakiku yang pernah melekat di kulit halusmu. Aku tersekat di halaman penutup.
Di hari ini, setelah tersesat dalam pusaran waktu ada cinta yang berhasil dengan telak memenangkan hatiku. Dianya-aku tak akan cemburu padamu. Dianya-aku sadar sepenuhnya mengangkatku dari abjad-abajad tentangmu. Dianya-aku memberikanku sebuah anak kunci sebagai syarat mengizinkan aku masuk dengan leluasa. Yang mana hanya aku yang boleh mendesain ruangnya, menata letaknya dan membentuk bangunan yang harmony.
Kamu adalah buku yang harus kututup dan dia adalah rumah yang wajib kumasuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa