sedang butuh satu pelukan saja

191 7 0
                                    

Kamu kebanggan yang dititipkan Tuhan kepadaku. Besar nian bahagiaku saat pertama kali menyadari kehadiranmu di tubuhku. Sejak saat itu pula aku menjaga diriku sendiri lebih dari biasanya, aku takut berdampak buruk padamu jika sakit mendatangiku. Terima kasih tidak akan pernah cukup mewakilkan syukurku pada Tuhan ketika mendengar teriakan pertamamu secara nyata. Kehadiranmu berasa menyempurnakan hidupku yang tak sempurna ini. Selanjutnya hari hariku teruntukan pada hari harimu.

Aku sudah berusaha untuk tegar, tapi air mata itu jatuh begitu deras ketika berhadapan dengan punggungmu yang menjauh. Entahlah, berasa ada sebuah pilu yang ngilu di dadaku. Mungkin karena kebiasaan hariku dengan kehadiranmu harus dibunuh oleh kebutuhan yang memang harus kurelakan kamu meninggalkanku. Setiap harinya aku berjuang melawan keinginan bertemu demi kebaik kebaikanmu di masa depan.

Maaf, aku menjadi perempuan tua yang banyak cemasnya. Aku sudah menasehati diriku sendiri, kamu itu cukup dewasa untuk tidak selalu mendapatkan pengawasanku, kamu yang sekarang menjelma dalam wujud yang lebih tangguh, banyak urusan kamu selesaikan tanpa harus melewati pengarahanku. Tetapi tetap saja khawatir datang lebih hebat, dan aku tidak memiliki banyak kemampuan untuk mengusirnya, hidup subur di hatiku.

Aku harus belajar membiasakan diri untuk tidak mendengar sapaanmu saban waktu, terlebih pertemuanmu dengannya yang menghadirkan makhluk ajaib berikutnya. Banyak tanggungan yang harus kamu pikul, dan aku tak ingin menambah beban itu. Sebab tak ada kebahagian yang lebih besar selain mendengar kabar senyum yang berhasil kamu dapati.

Ah, aku terlalu banyak meracau. Tapi aku bisa tenang sebab kamu tidak mendengar, saat ini aku sedang berbicara pada diri sendiri. Aku tengah menguatkan hatiku dengan meyakinkan pada keyakinanku bahwa  kamu juga mencintaku, selalu menyebut namaku dalam setiap alasan tanganmu terkatup memohon doa. Tapi harus kukatakan ada ketakutan menyelinap di hatiku, adakah kamu malu dengan keadaanku ringkihku? Adakah kamu merasa terbebani? Jika tidak, apa alasanmu sampai hari ini belum juga menemuiku?

Tidak, tidak. Mana mungkin kamu begitu. Rutinitas sedang tidak memberimu jeda, aku harus mahfum. Aku rasa ini bentuk kemanjaanku saja, sedang butuh diperhatikan, ingin dianggap bagian luar biasa dalam hidupmu, tengah rindu berat. Kelak kalau cairan yang dimasukan lewat selang ini sudah dilepaskan dari lenganku, mungkin ketakutan - ketakutam itu melenyap. Andai sekarang kamu ada di sini, aku butuh sekali satu pekukanmu saja. Aku kedinginan, Nak.

Lelaki DALAM KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang