Tadi sebelum malam seperti ini benar-benar datang, aku sempat mampir di tempat aku pernah membuangmu. Dan seperti yang kamu lihat, aku ditemani batu yang membisu, laut yang tak mau tenang dan sepotong senja mengintipku dari kejauhan.
Mataku tertuju lurus menghadap pertemuan batas laut dan langit. Aku sangat sadar, laut dan langit itu tidak saling berbatas, mereka tampak seperti itu lantaran pandangan matakulah yang berbatas.
Seperti aku dan kamu memahami cinta, kita dibatasi oleh ego masing-masing, juga tujuan yang selalu berbenturan dengan kesempatan yang tak mau berpihak. Lalu pada akhirnya kita mencari kesalahan atas sebuah pembenaran. Takdirlah yang menjadi imbasnya; kita caci dengan seluruh perbendaharaan kata-kata buruk.
Tak ada maksud lain, sekadar mencari hibur, sekalian mengawasi hatiku sendiri, masihkah kamu menjadi penghuni, dan jelas kulihat kamu yang berwujud kenangan itu berenang-renang seolah tengah bersenang-senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa