Hai, ya kamu wanita yang kukagumi.
Masihkah kau melewatkan hari ini dengan lara masa lalumu? Lalu lagi dan lagi kau tutupi lubang-lubang dengan jarimu yang sejatinya tak cukup untuk menggengamnya.
Baiklah, aku tak akan memanggilmu dengan sebutan gadis. Panggil aku wanita, katamu bermaksud memperjelas kondisi.
Benar bahwa gadis melambangkan kesucian. Memperlihatkan adab bagi adat yang sama-sama kita junjung. Lalu kau pikir wanita adalah sebutan yang halal untuk kau semat atas perbuatan masa lalumu yang tidak halal.
Lelaki sama, katamu mengeras. Kutebak itu hanya akal-akalan agar aku melipir dan menemukan gadis yang kau artikan. Tidak demikian wahai wanita yang mengisi ujung malam-malamku. Bukan untuk merayu, ini tulus kusampaikan bahwa aku bukanlah lelaki yang menilai perempuan dari segi wanita atau gadis.
Aku lebih memilihmu meski dengar sadar kau mengakui bahwa dirimu bukan perempuan yang baik daripada perempuan di luar sana yang memunafikkan dirinya dengan label berharga tapi malah dengan terang-terangan mengabaikan definisi gadis dan wanita.
Aku ingin kamu berhasil keluar dari kondisi terpuruk tanpa harus berpura-pura. Caranya sederhana, dengan memaafkan dirimu sendiri. Bagiku perempuan disebut luar biasa apabila mampu memanfaatkan kejadian buruk dalam hidupnya lalu menjadi pemicu dirinya untuk bangkit menjadi lebih baik.
Pelajaran yang bagaimana dapat kau petik? Setelah kejadian tidak halal itu kamu akan bermetamorfosis dalam wujud yang bagaimana?
Tenggaklah pertanyaan-pertanyaan itu sampai tandas. Sampai kau merasakan pergeseran makna buruk dan kesakitan berpindah menjadi pelajaran dan perubahan. Jangan lupa untuk selalu percaya bahwa kamu yang bangkit adalah kamu yang lebih kuat dari sebelumnya.
Lalu berikan aku ruang di sela-sela jarimu agar lubang-lubang itu mampu kita timbus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa