Di ujung siang ketika pintu mulai bertutup.
Ada hati yang terlungkup.
Mengenang pujaan nun di seberang.
Bergandengan dengan angan-angan yang mulai menghilang.Setiap perjumpaan ia sebut sebuah perayaan.
Bertutur di masa kejayaan.
Bercumbu perih,
Kemudian bercerita bagaimana ia melewati hari tanpa senyuman kekasih.Tidak jarang, saat pertemuan itu hadir, malah tangis pengisi cerita.
Salah paham yang kerap datang menjadi bumbu pelengkap derita.
Lagi dan lagi.
Cintanya berlayar pergi.Ia tak ingin terlihat mengeluh.
Meski gelas rindu sudah terisi penuh.
Menungu dan menunggu.
Tanpa paham makna dari jemu.Lagu-lagu miring mulai berdendang.
Namun Ia memilih tersenyum sambil mengibaskan selendang.
Kerjapan-kerjapan hatinya tetap patuh,
Sebagaimana awal mula keyakinananya yang teguh.Adalah doa yang ia lantunkan setiap langit berubah jingga.
Berharap hatinya tetap berpenyangga.
Sungguh untung tak bertuan lantaran yang datang adalah nista.
Secarik kertas bersampul bercerita tentang pesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa