kursi dan pundak

563 37 9
                                    

Seperti halnya hari ini. Koran ditanganku sengaja kurentang lebar. Dari sudut mata aku tetap mengintipmu. Andai aku memiliki kekuatan super maka warna hatimu yang kuteropong.

Kau meremas jarimu, bangun lalu duduk lagi. Berulang-ulang. Ritme yang membosankan.

Di luar sana mulutmu begitu riang. Berliur-liur, bercucur air mata lantaran tawa yang menggelegak.  Di sini, di bawah atap yang sama, kau bergeming. Bahkan suara detik jarum jam di dinding seolah berteriak lebih nyaring.

Kamu lebih memilih menyandarkan letihmu di kursi kayu tak berukir, lalu untuk apa pundakku bagimu?

Lelaki DALAM KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang