Malam ini saat aku mendatangimu lagi, kamu bersikeras memintaku pulang. Mata dan cara bicaramu bekerja sama meyakiniku tentang hilangnya peluang.
Meski aku sudah menebak ini yang akan terjadi tetap saja sulit bagiku menerima betapa gampangnya kamu melepaskan. Bagimu meninggalkanku sama halnya dengan waktu yang terlihat tak pernah merasa berdosa, bergerak tanpa memedulikan hati yang terjegal. Lihatlah, aku berada pada waktu yang terjebak pada jeda, lebih sialnya membawaku jauh ke belakang di tempat yang sama ketika kamu pernah memintaku untuk tinggal.
Tahun tahun yang terlewati adalah panjangnya perjalanan melupakan, tak peduli seberapa banyak aku mencoba. Aku singgah ke rumah rumah yang dengan ramah memapahku, menyuguhkan banyak kebaikan, akan tetapi kusadari dengan penuh aku hanya sebagai tamu yang menolak menetap. Hatiku berbisik pada gemerlap suara suara juga empuknya peristirahatan, yang dengan tegas mengatakan kamulah rumahku.
Lalu bagaimana bisa malam ini kamu bersikukuh menyuruhku pulang sedangkan punggungmu bergerak menjauh, akan ke mana aku melepas letih, mana rumah tempat aku harus menjemput kantuk, padahal kamu tahu dengan persis kamulah tempatku berpulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa