Senja yang datang dari balik kaca

208 10 0
                                    

Aku memotretmu dari sini wahai senja yang datang dari balik kaca. Aku turut menyaksikan kepiluan yang  kau nyanyikan ketika menghampiri pasir basah yang tangah bercinta dengan ombak yang sebenarnya tak pantas dirindukan.

Cinta menjadi begitu celaka, aku sudah memintamu memakinya wahai senja yang datang dari balik kaca. Sedih sedih itu bergelayut manja, membentuk benalu yang tak bosan bosan melahap sedikit kebahagian yang tampak di awal perjumpaan. Lalu kepantasan menjadi perihal sulit untuk ditelaah, naasnya kau yang harus menciptakan lagu  untukmu sendiri semata menggenapkan luka.

Mencintai itu cara terbaik menjadi egois katamu wahai senja yang datang dari balik kaca. Tak lelah lelah kau berjuang, sendirian dan itu sungguh memilukan. Kau malah bangga, menganggap setangkup demi setangkup senyum hanya dapat kau peroleh dari sana. Kau memilih mencandui perih.

Mungkin hidup memang tentang perlombaan seberapa hebat berjuang: kau yang terus menerus mencuri sedikit kepedulian pasir basah yang hanya berharap banyak pada gelombang yang malah tak peduli dengan apa apa selain datang sekadar menyesap sisa sisa tatkala kau masih menjadi begitu terik.

Kau sudah tua, wahai senja yang datang dari balik kaca. Raut jingga yang melumeri wajahmu pertanda kau akan mati, ditelan malam berwajah sunyi. Kau mati tanpa dikenang dan tak jua meninggalkan sedikit pun ingatan pada apa apa yang pernah kau cinta.

Lelaki DALAM KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang