Maya pada bergeming.
Membiarkan detik mengusir hening.
Lorong-lorong waktu enggan membentuk jaring.
Meski langkah tertinggal dalam situasi yang genting.Kau adalah cermin.
Untuk aku atau dia yang barang tentu bukan lagi bernama janin.
Manusia dewasa yang jauh meninggalkan masa bermain.
Tangismu menyulutkan kepingan-kepingan memori bak api yang memakan lilin.Nak, kita mengalami hal yang sama.
Hanya saja Paman sudah ada lebih lama.
Untuk hal yang ini Paman ingin kita tidak sama.
Dimana banyak Paman semai bubuk dosa di antara tata krama.Menangislah Nak sekeras yang kamu bisa.
Pada saatnya waktu menjadikan kamu terbiasa.
Namun jangan habiskan sampai tak bersisa.
Sediakan sebagian untuk kelak kau mengenal rasa.Di mana pada suatu masa kita mulai berkenang.
Bahwa ini bukan lagi dalam bayang.
Seperti angin yang memainkan layang layang.
Lalu sama-sama memahami di antaranya adalah sedih dan senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki DALAM Kata
PoetryMereka, kalian atau pun kamu. Mungkin ada di sini. Dengarkan baik-baik ucapan lidah lelaki ini. Hati-hati dapat menimbulkan efek baper. Cover by Jefischa