lelap

838 52 24
                                    

Bukan gandengan tangannya padamu yang membuat aku luka. Atau saat kau menjelaskan hatimu lebih memilihnya.

Tak pernah sekali pun aku mengutuk tentang pengingkaranmu atau berkeluh dengan sepanjang tahun yang kita lewati dengan duka. Tidak juga tentang perceraian kita.

Perih itu hadir, bila aku ingat banyak waktu yang kubuang tanpa mendampingimu. Membantumu melewati dingin oleh hujan atau takut pada malam.

Kamu mau tahu cara menciptakan bahagia? Akan kubuka sebuah rahasia.

Bila masa lelap akan sampai, simpul ingatan itu terbuka.

Senyummu mengembang, sesekali menengadah. Kerjapan itu mengisyaratkan untuk tidak memandangmu lebih lama. Sungkan, begitu bibirmu menjelaskan. Padahal, menikmati renyah tawamu adalah pembasuh rinduku.

Kamu masih saja malu bila kutatap, padahal bertahun-tahun masa yang sudah kita lewati. Sudah pula kujelaskan, ini bukan pertemuan pertama kita.

Bagimu, saling memandang adalah gelitikan. Geli, harus membuatmu menunduk lebih dalam.

Berharap ingatanku ini tak kabur oleh waktu, biar tidurku dapat lebih lelap setiap mengenangnya.

Lelaki DALAM KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang