Koo San Djie berlarian sekian lamanya, dengan caranya yang membabi buta, perlahan-lahan pikiran jernihnya telah timbul kembali.
Mulutnya berkemak-kemik, ia bicara seorang diri:
"Lembah Merpati, Lembah Merpati, di manakah letaknya Lembah Merpati?"
Koo San Djie belum lama terjun ke dalam kalangan sungai telaga dan tidak ada satu kenalan yang dapat ditanyainya, ia hanya menuruti ayunan langkah kedua kakinya yang jalan dengan tidak mempunyai tujuan tetap.
Rasa pedih dan kemarahan bercampur menjadi satu, sehingga menyebabkan hampir saja ia menjadi gila.
Dengan tidak memilih haluan lagi, Koo San Djie menuju ke arah timur laut.
Beberapa lama ia berjalan dengan menundukkan kepalanya. Dari belakang, mendadak datang beberapa ekor kuda yang lewat di sebelahnya.
Si penunggang dari salah satu kuda itu, adalah seorang pemuda yang berbaju perlente dan empat pengiringnya.
Terdengar si pemuda perlente berkata:
"Saudara harap berhenti sebentar."
Koo San Djie menghentikan langkahnya, dengan nada yang kurang senang ia berkata:
"Kau ingin apa? Aku tidak sempat untuk bertarung."
Si pemuda perlente yang ternyata adalah Hay-sim Kongcu yang pernah bertemu di pinggir telaga Pook-yang berkata:
"Saudara jangan salah mengerti, aku yang rendah hanya kebetulan lewat di sini."
Sebetulnya perkataan Hay-sim Kongcu hanya isapan jempol belaka, ia tidak kebetulan lewat di sini, ia kemari untuk menyelidiki segala gerak geriknya Koo San Djie.
Koo San Djie menyingkir ke pinggir dan berkata:
"Silahkan saudara jalan lebih dulu."
Hay-sim Kongcu lompat turun dari kudanya, dengan tertawa ia berkata:
"Tidak tahu, saudara hendak pergi kemana?"
Sebagai yang sedang memikir sesuatu, Koo San Djie menjawab dengan tegas:
"Lembah...... Mer...... pati!"
Mukanya Hay-sim Kongcu bersinar girang, bercahaya terang, hanya sebentar, tapi kemudian kembali sebagai asal mulanya. Sambil tertawa ia berkata lagi:
"Aku yang rendahpun ingin pergi mengunjungi Lembah Merpati, bagaimana jika kita pergi bersama-sama?"
Dengan tidak berpikir lagi, Koo San Djie telah memanggutkan kepalanya.
Bukan main senangnya Hay-sim Kongcu, dengan segera ia menyuruh pengikutnya mengosongkan seekor kuda untuk Koo San Djie.
Koo San Djie menggeleng-gelengkan kepala,
"Naik kuda tidak leluasa, bagaimana jika jalan kaki saja?" ia berkata.
Hay-sim Kongcu sudah meluluskan permintaannya, "baik," jawabnya.
Kemudian ia berbalik berkata kepada empat pengikutnya:
"Kau orang boleh kembali dulu ke pulau."
Keempat pengikutnya berbareng memberi hormat kepadanya sambil membalikkan kudanya, mereka telah menghilang dari hadapan majikan mereka.
Ilmu silat pulau Hay-sim berasal dari gunung es, sedari kecil, Hay-sim Kongcu telah mendapat latihan yang sempurna, langsung dari ayahnya yang bernama Hu-hay Sin-kun, ia ingin mencoba dasar kepandaiannya San Djie.
Seperginya keempat orang pengiringnya dengan tertawa ia berkata:
"Saudara Koo, mari kita mulai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...