Ternyata pada waktu Koo San Djie terjatuh ke bawah goa rahasia yang gelap, dengan kecepatan yang melebihi jatuhnya bintang sapu, terus turun ke dasar lobang.
Untung saja ia masih dapat menenangkan pikirannya, kedua tangan digebrakkan ke atas dan mengangkat hawa napasnya, berusaha mengentengkan badan, menghilangkan kecepatan jatuhnya. Setelah samar-samar dapat melihat dasar lobang gelap, ia mulai menekukkan kedua kakinya dan berjumpalitan beberapa kali, melayang turun dengan perlahan-lahan, sehingga dapat menginjak tanah dengan tidak kurang suatu apa.
Kakinya terasa ada menginjak tanah yang basah dan demek, hidungnya dapat mencium bau hawa lapuk yang karena tidak pernah terkena sinar matahari. Keadaan di sekelilingnya tetap gelap gulita. Karena tahu akan adanya binatang beracun yang dapat menyerangnya dengan mendadak, ia sudah segera mengeluarkan Pit Badak Dewanya, dicekal di tangan.
Sewaktu ia mencabut keluar pitnya tadi, mendadak terlihat ada sinar yang keluar dari badannya. Ia mulai merogoh lagi dan ternyata itu ada tanda kebesaran Lembah Merpati yang dapat mengeluarkan sinar.
Untuk meminjam penerangan, ia telah mengeluarkan juga tanda kebesaran Lembah Merpati ini dan mengalungkan di atas lehernya. Dalam sekejapan saja sinar yang guram remang-remang telah menyinari seluruh keadaan di situ.
Goa ini ada merupakan sela-sela dua tebing yang tinggi, dedaunan gunung telah lumutan sehingga membuat tangan yang memeganginya terasa licin sekali. Dan di bawah tanah di antara sela-sela batu kecil terlihat ada beberapa mata air kecil menyelip-nyelip mengalir ke lorong goa yang sempit dan panjang. Entah ke mana lagi menujunya goa yang gelap itu?
Karena ingin mengetahui ke mana menujunya air gunung ini, dengan menggunakan tanda kebesaran Lembah Merpati yang dapat menyinari keadaan di situ, dengan tangan menyekal keras pit wasiatnya ia meneruskan maju ke dalam goa kecil yang gelap.
Setelah berjalan dua lie lebih dari tempat tadi, jalan goa sudah menjadi sukar saja. Masih untung yang ia mempunyai pit wasiat dan dapat membongkar batu-batu penghalang dengan mudah sekali dan berjalan lagi sampai setengah lie Dari sini ia sudah mulai dapat melihat sinar terang matahari yang guram, ternyata ia hampir keluar dari lubang goa itu yang mungkin tidak pernah didatangi manusia.
Ia mulai memperhatikan keadaan di mulut goa dan hatinya mendadak menjadi tergetar juga. Ia ada seperti pernah melihat keadaan yang seperti ini dan pikirannya yang cerdas sebentar saja telah mengingat kembali bahwa di dalam goa inilah ia pernah menemukan si Orang Tua Bertangan Satu dan menguburnya.
Goa ini masih seperti sedia kala, hawa wajah yang welas asih dari si orang tua yang telah lenyap tidak terlihat lagi. Ia bergerak menuju ke arah goa kecil tempat menyimpan mayat si orang tua dan berlutut di sana.
Beberapa saat kemudian......
Perlahan-lahan ia berdiri lagi dan memperhatikan keadaan di situ. Goa ini bukan saja dalam dan panjang, bahkan bukan sedikit juga terdapat goa-goa kecil lagi. Pada hari itu karena ia terburu-buru ingin keluar dari sini, maka setelah mengubur mayat si Orang Tua Bertangan Satu, bersama-sama dengan si Selendang Merah ia terburu-buru keluar untuk mencari jalan menaiki tebing tinggi lagi. Jika ia berlaku sedikit teliti saja, tentu sudah dapat menemukan rahasianya.
Kini ia seperti seorang penyelidik yang telah menjelajah dalam goa. Mendadak pada mulut goa dari salah satu goa kecil ia melihat ada satu tengkorak manusia. Dan di atas batu di sekelilingnya goa kecil ini terdapat banyak sekali tulisan-tulisan dan gambar-gambar.
Orang yang melatih dirinya dalam ilmu silat terhadap segala hal-hal inilah yang paling tertarik. Ia lalu mendekati tanda kebesaran Lembah Merpati itu dan memperhatikannya tulisan dan gambar-gambar dengan seksama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...