Telah sepuluh tahun lamanya orang setengah umur ini menemani raga istrinya yang telah mati dan memelihara anak perempuannya yang menjadi wakil jiwanya. Ia telah menganggap ibu dan anak ini menjadi satu. Wajah dan senyumnya sang istri almarhum telah hidup kembali pada putrinya ini. Ia selalu menganggap anak perempuannya ini menjadi jiwa raga dari istrinya yang seakan-akan hidup kembali. Demikianlah ia tidak dapat membiarkan ada orang ketiga yang menyelak mereka.
Demikianlah, orang setengah umur itu telah mengambil keputusan untuk menyingkirkan bibit keonaran. Setelah melepaskan cekalan anaknya, sebelum sang anak dapat mengatakan sesuatu apa, ia sudah menubruk ke arah Koo San Djie.
Dari beberapa tanda-tanda, Koo San Djie telah dapat melihat orang setengah umur ini mempunyai sifat yang kejam, sewaktu-waktu dapat menyerang dengan tidak mengenal kasihan. Maka, ia sudah bersiap sedia untuk menjaga segala serangan.
Sebelum orang itu menubruk kepadanya, ia sudah membikin pertahanan. Bertempurlah dua jago yang jarang mendapat tandingan ini
Pertama-tama, Koo San Djie sudah melepaskan serangannya yang lihay, dengan tipu pukulan Langit dan Bumi Pandang Memandang, disusul dengan Hujan dan Angin Menderu-deru......
Orang setengah umur itu tidak menyangka si pemuda demikian lihaynya, tapi ia masih tidak pandang mata, dengan kepandaian Koo San Djie, ia mau mencoba, sampai di mana kekuatan dan kepandaian dari lawan kecilnya ini.
Terlihat dua lengan baju dari orang setengah umur itu yang gedombrongan mengibas beberapa kali, orangnya pun telah memasuki daerah bayangan telapak tangan. Badannya yang enteng sudah mengikuti gerakan dari bayangan telapak tangan Koo San Djie, bagaikan menari-nari, sangat indah sekali.
Si gadis cilik tahu benar, sejak ayahnya telah dapat meyakinkan ilmu Sari Pepatah Raja Woo, sudah bertambah tinggi kepandaiannya, bahkan telah melatih dirinya menjadi kebal akan senjata. Di dalam kalangan rimba persilatan, tidak dapat mencari orang yang keduanya. Mungkin karena menganggap pukulan Koo San Djie agak aneh, maka ayahnya membiarkan menyerang terus. Setelah menunggu sampai mengenal semua ilmu pukulannya saat itulah akan tiba kematiannya. Maka ia telah mendapat suatu akal yang baik untuk menolong si anak muda dari tangan jahat ayahnya.
Koo San Djie telah menggunakan seluruh kepandaiannya, sampai mengulangi dua kali. Dari jurus yang pertama sampai jurus yang terakhir, kemudian kembali ke jurus yang pertama pula dan seterusnya.
Inilah saatnya untuk ia mengeluarkan seluruh kepandaiannya. Sejurus demi sejurus kepandaiannya bertambah lancar, pukulannya satu demi satu bertambah keras......
Pengaruh tenaga dari Kodok Mas dan Capung Kumala yang masih sebagian terpendam di dalam tubuhnya, sedikit demi sedikit telah dapat keluar untuk digunakannya. Dalam waktu yang sangat pendek inilah kepandaian Koo San Djie telah maju setingkat pula.
Orang setengah umur yang melihat kejadian itu, semakin lama menjadi semakin heran. Ilmu pukulan yang aneh dari si anak muda ini sebenarnya sudah jarang terdapat. Mengapa tenaganya semakin lama dapat bertambah menjadi semakin kuat?
Sebentar saja, ia telah mengerti sebab-sebabnya. Ia mempunyai pengalaman yang luas, kepandaian yang tinggi dan kepintaran yang berlipat ganda. Ia sudah dapat menduga, anak muda ini tentu telah makan sesuatu benda yang ajaib dan sampai saat ini baru menunjukkan pengaruhnya.
Dengan umurnya yang sekecil ini telah mempunyai tenaga yang harus dilatih puluhan tahun, bukankah ada suatu keanehan dunia?
Siapakah yang mendapat bahan bagus tidak akan menyukainya? Demikian pula dengan orang setengah umur ini, setelah menemukan Koo San Djie mempunyai dasar yang bagus, biarpun kejahatan telah menutupi hatinya, tapi sifat kesatria yang masih dimilikinya membuat ia tidak tega untuk membunuh Koo San Djie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...