17. Racun Siauw-kang-san dari Lembah Merpati

2.3K 35 0
                                    

Loteng yang bersusun, harta benda yang tidak terkira menyebabkan ia menjadi demikian sayang akan jiwa tuanya. Ia masih tidak lupa akan kesenangan dunia, ia mengimpikan dapat kembali menjadi muda, ia mengimpikan dapat hidup ratusan tahun lamanya, ia mengimpikan......

Demikianlah ia menyembah kepada ketua Lembah Merpati yang masih berada dalam khayalan, ia menelan pil Penyambung Nyawa untuk menambah umurnya......

Tapi sekarang, ilmu yang memanjangkan umur masih belum mendapatkannya, kini ia harus menghancurkan pesanggrahannya yang telah diusahakan puluhan tahun lamanya dan harta kekayaannya yang telah dikumpulkan sedemikian lama. Ia tidak berani menolak perintah ini, karena ia mengetahui, kepandaiannya masih tidak dapat untuk menandingi orang-orang dari Lembah Merpati, biarpun orang ini hanya tergolong kelas dua, yang terpenting baginya, tiga bulan sekali, ia harus meminta pil pemunah racun dari orang Lembah Merpati. Jika tidak mendapatkan pil pemunah racun ini, tentu racun dari Pil Penyambung Nyawa, akan menjadi kumat kembali. Di waktu itulah, ia akan menjadi tersiksa dari pada segala macam siksaan yang berada di dunia.

Si pelajar baju kuning yang melihat ia demikian lama tidak bergerak dari tempatnya sudah kerutkau alisnya dan berkata:

"Duta Selatan, berani kau tidak mendengar perintahku?"

Tong Touw Hio dengan sedih menjawab:

"Jerih payahku ini telah diusahakan lebih dari empatpuluh tahun, sebetulnya....... dapatkah menunggu sampai beberapa hari, jika betul-betul keadaan sudah menjadi sangat mendesak, baru kita bertindak?"

Si wanita muda memperlihatkan wajah marah, dari dalam lengan bajunya, dia mengeluarkan cap batu kumala merah yang terukir sepasang burung Merpati. Dengan mengangkat tinggi-tinggi cap ini, ia sudah membentak:

"Perintah dari ketua lembah! Duta Selatan Tong Touw Hio harus membakar pesanggrahan Liong-sun-say! Segera! Pindah ke tempat yang baru! Sekian! Perintah harus di jalankan!"

Tong Touw Hio yang melihat ini, mukanya sudah menjadi berobah sama sekali. Bagaikan seorang terdakwa saja yang sudah mendengarkan putusan hakim, tentang hukuman matinya, ia bertekuk lutut, dengan muka yang pucat seperti mayat, dengan suara yang hampir mau menangis ia berkata:

"Siap menerima perintah dari ketua lembah."

Dengan cepat, ia bangun kembali untuk pergi ke belakang, mencari orang-orangnya, agar dengan cepat dapat menyelesaikan tugas yang menyakitkan hatinya ini.

Tapi, mendadak, di atas kepalanya terdengar suara bentakan:

"Tong Touw Hio, jangan lari!"

Bagaikan burung garuda yang turun dari awang-awang, lompat turun seorang pemuda cakap, dia adalah Koo San Djie yang barusan terkena racun Siauw-kang-san!

Dengan tidak terasa, hatinya menjadi kaget bukan main. Dalam hatinya berkata:

"Bocah ini sangat aneh sekali. Racun Siauw-kang-san yang demikian banyaknya, bagaimana dia dapat memulihkan kembali tenaganya?"

Mana Tong Touw Hio dapat menyangka pada Pit Badak Dewa yang dapat memunahkan segala macam racun. Pit tersebut masih berada pada Koo San Djie, pit inilah yang menjadi kunci perubahan.

Ternyata, sewaktu badan Koo San Djie dilemparkan ke lantai, baru saja ia bangun, tentu saja deugan bersusah payah, tiba-tiba terdengar suara benda yang terjatuh dari badannya. Benda yang berwarna hitam mengkilap ini terjatuh ke lantai dan membuat lantai yang ditiban olehnya pecah.

"Dari Pit Wasiat Badak Dewa ini yang telah memberi ilham kepadanya. Pit ini dapat memunahkan segala macam racun, entah bagaimana dengan racun arak yang jahat ini?" Maka, dengan segera Koo San Djie menghampiri teko yang berada di atas meja, dan memasukkan ke dalamnya Pit Badak Dewa tadi. Dikocok-kocoknya beberapa lama, air yang berada di dalam teko tadi membuih, kemudian dengan membuka mulutnya, ia sudah menuang air yang telah dikocok dengan Pit Badak Dewa itu. Dengan perasaan tenang, ia duduk di atas papan panjang, menunggu reaksi dari percobaannya.

Lembah Merpati - Chung SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang