Koo San Djie beserta Tju Thing Thing, telah meninggalkan pulau Hay-sim, dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuh mereka yang bisa lari pesat. Ini karena menguatirkan keselamatannya Ong Hoe Tjoe, maka sebentar saja, sudah lewat lebih dari seratus lie. Hanya kasihan Tju Thing Thing telah mandi keringat, dengan napas yang sengal-sengal, ia berteriak-teriak:
"Dapatkah kau menahan sedikit langkahmu? Apa kau mau membuat orang mati lelah?"
Koo San Djie sudah menahan langkahnya. Dilihatnya Tju Thing Thing sedang mengurut-urut dada, berhenti dengan napas senen-kemis. Selebar mukanya telah menjadi merah, bagaikan warna apel yang matang. Keringat ketel-ketel turun dari atas jidat gadis itu.
Koo San Djie baru engah akan kecepatan kakinya. Ia lupa kawan di sebelahnya ini adalah seorang wanita, dan lagi kepandaiannya tidak setinggi dirinya. Tentu saja orang tidak tahan seperti ia yang lagi dengan tidak mengenal lelah. Maka dengan sangat menyesal ia berkata:
"Karena ingin cepat-cepat menolong enci Ong Hoe Tjoe, aku menyesal, telah lari begitu cepat sehingga menyebabkan Ciecie menjadi demikian lelah, harap kau jangan marah......"
Dengan cepat ia sudah mengeluarkan sapu tangan dan maju untuk membantu mengelap keringat kawannya.
Tapi saputangan ini belum sampai di atas jidat Tju Thing Thing, bau asam lelaki telah menyerang hidungnya. Maka dengan ketakutan si nona sudah membuang muka.
"Bau asam, aku tidak mau. Kau gunakan sendiri saja," katanya ketawa.
Sambil mengeringkan keringat dengan tertawa sang nona berkata lagi:
"Ong Hoe Tjoe mu itu dari golong mana? Cantikkah dia itu?"
Koo San Djie tidak bermaksud jelek, ia hanya ingin membantu mengelap keringatnya.
Sebentar ia mencium saputangan sendiri, dalam hatinya berkata:
"Sapu tangan tidak bau dikatakan bau asam?"
Ia mana tahu, perasaan wanita lebih tajam dari padanya. Tju Thing Thing yang sudah menjadi dewasa, mana mau mengijinkan sembarang lelaki membentur badannya.
Biarpun di muka ia mengatakan tidak suka, dalam hatinya merasa puas juga dengan tindakan pemuda itu.
Lelah dan letih baginya tidak menjadi soal, yang sangat ingin diketahuinya adalah asal usulnya Ong Hoe Tjoe dan hubungannya dengan anak muda.
Koo San Djie mendengar ia menanyakan pada Ong Hoe Tjoe, maka, wajah si gadis nelayan terbayang-bayang kembali. Bulu matanya yang lentik panjang, sepasang mata bola yang memancarkan sinar kepintaran, rambut hitam yang dikepang menjadi dua...... dan tidak lupa, tingkah lakunya sangat memperhatikannya dalam segala soal...... Semua itu telah terbayang di matanya Koo San Djie.
Hanya waktu yang pendek inilah ia menikmati kesenangan rumah tangga, suatu waktu yang bahagia, waktu yang sukar dilupakan......
Kesenangan ini telah dibikin buyar oleh datangnya tangan yang jahat. Lebih kejam dari sesuatu, lebih sedih dari rumah tangganya sendiri dirusak.
Lama kelamaan, hatinya yang panas bergolak, api kebencian telah membakar tubuh Koo San Djie, dan mengepal-ngepal tangannya, penuh kegusaran, sehingga ia lupa menjawab pertanyaannya nona Tju.
Tju Thing Thing melihat begitu, ia hanya menanyakan soal kehilangan Ong Hoe Tjoe maka Koo San Djie lantas seperti yang kehilangan semangat, hatinya tidak senang. Entah bagaimana, hatinya merasa cemburu dan jelus.
"Hai, apa kau tidur? Mengapa tidak menjawab pertanyaanku?" akhirnya ia menegur.
Bagaikan baru bangun tidur, Koo San Djie menghela napas dan menjawab:
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...