Dua pemuda baju merah yang menjadi kawan si pemudi berbaju putih tentu saja tidak mengijinkan kawannya dihina, maka dua-dua mengeluruk ke arah Kim Ting Sa.
Sepandai-pandainya Kim Ting Sa, sudah tentu tidak dapat melawan jumlah serangannya tiga orang ini, saking takutnya, sampai ia mundur balik ke belakang lagi.
Keadaan kembali menjadi tenang, untuk menunggu keributan yang lebih besar.
Semua orang sedang mencari daya yang lebih bagus lagi untuk menarik keuntungan dari orang banyak ini.
Empat orang muda dari Lembah Merpati inilah yang paling tenang, mereka tahu, lima raja iblis dan kawan-kawannya tidak dapat bertahan sampai pagi hari, karena telah makan makanan yang mengandung racun. Dan pada waktu itu, mereka dapat mengumpulkan tenaga, untuk menggempur rombongan anak gembala.
Tapi, di mulut mereka tidak mau mengatakan apa-apa, mereka takut si Badak Tanduk Perak sekalian dapat mengadu jiwa.
Koo San Djie sedang berpikir keras, dengan cara apa, baru ia dapat merebut kitab pusaka dari pemudi berbaju putih?
Ong Hoe Tjoe memang pintar, hatinya juga tahu, siapa-siapa yang berani menyerang pemudi berbaju putih, tentu akan mendapat serangan berbareng dari dua belah pihak, kecuali orang ini dapat menahan serangan berbareng dengan tidak terluka. Tapi siapakah orangnya yang sanggup menahan serangan berbareng?
Hanya ia sendiri yang mungkin sanggup menerima pukulan-pukulan ini, karena baju burungnya tidak mempan akan senjata dan tenaga.
Maka, setelah dapat mengambil putusan, ia memberi tanda kepada Koo San Djie sekalian. Bagai kecepatan burung, ia menubruk ke arah si pemudi pemegang kitab.
Serangan dari udara ini ada sangat sukar diduga, pemudi berbaju putih hanya menyaksikan adanya bayangan orang melayang, jalan darahnya telah terkena totokan.
Dengan tidak menghentikan gerakan tangannya lagi, ia sudah meneruskan merogoh kantong orang dan terbang balik kembali.
Sebentar saja, bentakan-bentakan dari orang banyak menjadi gempar, serangan-serangan mereka ditujukan ke arah Ong Hoe Tjoe.
Pukulan-pukulan ini jatuh di tubuh si gadis, tanpa dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Dengan tidak menghentikan gerakan, ia kembali lagi ke tempat asalnya.
Sebelum ia dapat menginjak tanah, ia telah diberondong oleh sekian banyak serangan.
Dengan sekali jumpalitan, Ong Hoe Tjoe sudah dapat memutar arahnya, menuju ke tempat Koo San Djie. Ia mengeluarkan segulungan benda dan disesapkannya ke arah Koo San Djie, katanya:
"Nah, ini kau boleh simpan kembali."
Kitab yang dibuat rebutan telah dapat kembali, si Pengemis Sakti Kiang Tjo sudah tertawa terbahak-bahak:
"Nona Tjoe betul-betul pandai. Kini kitab telah kembali ke asalnya."
Si Badak Tanduk Perak tertawa dingin:
"Hm...... Apa kalian kira masih dapat meninggalkan tempat ini?"
Koo San Djie mendongkol,
"Aku juga tidak mau pergi. Siapa yang berani? Datanglah kemari, coba merebutnya!" tantangnya.
Kim Ting Sa pernah berhasil memukul jatuh anak muda ini, dengan menghina ia berkata:
"Apa kau kira gunung Sin-sa dapat membiarkan kau berbuat sombong?"
Ia mendahului dari kawan-kawannya dan menyerang sampai tiga kali.
Koo San Djie hanya menghadapi satu lawan, tentu saja dianggap sepi. Badannya tidak bergerak, membiarkan serangan lawan sampai dekat, baru berputar dan menyambuti dengan kekuatan penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...