50. Jebakan Lembah Merpati

1.8K 26 0
                                    

Tidak jauh darinya memang betul terdapat lima orang yang sedang bicara. Hanya saja karena keanehannya pepohonan di situ sehingga memisahkan mereka.

Di antara lima orang ini, salah satu di antaranya yang memegang pipa dan berpakaian kasar telah berkata:

"Jika kita masih tidak dapat keluar juga, ambil saja api dan bakar semua rimba sialan ini biar menjadi rata dengan tanah."

Di sebelahnya seorang yang berhidung betet tertawa dingin:

"Enak betul kau goyang lidah. Sebelum rimba terbakar rata, apa kita tidak akan menjadi sate terlebih dahulu?"

Seorang lagi yang tinggi besar seperti tuan tanah sudah membentak:

"Hei, kalian buat apa ribut di sini? Apa kalian sudah tidak percaya kepadaku Houw Sam Ya kita dapat menerjang keluar?"

Koo San Djie menjadi kaget juga mendengar orang ini mengaku dirinya sebagai Houw Sam Ya. Dalam hatinya berkata:

"Mengapa Houw Sam Ya ini dapat datang kemari juga?"

Yang mengaku Houw Sam Ya ini adalah seorang, dato di sebelah Barat daya, pada umur mudanya dengan mengandalkan sepasang kepalan belum pernah ia menemui tandingan. Entah buat urusan apa sehingga ia sampai datang juga ke dalam Lembah Merpati?

Sewaktu ia sedang memikir, di antara kegelapan seperti ada orang yang telah menggapaikan ke arahnya, tapi karena gerakannya orang itu sangat cepat, sehingga sukar untuknya mengenali siapa adanya orang itu.

Dalam keadaan sulit demikian, tidak ada waktu buat ia banyak pikir, maka badannya segera digerakkan dan mengikuti arahnya bayangan tadi.

Orang di depan itu seperti memang sengaja mengunjuk jalan kepadanya, ia hanya terpisah tidak jauh dari Koo San Djie, dan anak muda kita mengikuti sekian lama dengan menempuh jalan yang berliku-liku.

Orang itu sangat apal sekali dengan jalanan di sini, dengan tidak usah mencari tanda-tanda lagi ia sudah berhasil membawa Koo San Djie keluar dari dalam rimba dan kemudian ia lenyap kembali.

Koo San Djie mulai bernapas lega, ia telah sampai juga di ujung lainnya dari hutan belantara ini, di hadapannya kini terlihat suatu pemandangan yang luas.

Di depannya kelihatan menjulang tinggi batu tanjakan yang terbuat rapi sekali, di sekitarnya jalan tanjakan ini penuh dengan tebing-tebing curam yang saling susun di sana.

Baginya kini hanya jalan maju ini yang masih ada harapan dan dengan memberanikan diri ia berjalan mendaki batu tanjakan yang seperti mau menembus awan.

Kini di atas kepalanya hanya terdapat gumpalan awan yang berseleweran dan ia sendiri juga telah terbungkus oleh kabut yang mengambang luas. Entah kemana menujunya jalan yang menjulang ke atas ini, ia seperti berada dalam cerita khayalan menuju ke arahnya sorga yang penuh dengan dewi-dewi yang sudah menunggunya di sana.

Setelah sampai di puncak, dari kejauhan sudah terdengar lolongan anjing dan berkokoknya ayam. Ia mengarahkan pandangannya ke bawah, di sana, jauh berada di depannya terdapatlah suatu lembah yang sukar didapati orang.

Coraknya lembah yang tersembunyi ini ada seperti satu hiolow saja, Lembah Luar kecil dan lembah dalam besar, satu jalanan kecil menghubungkan dua lembah yang hampir terpisah.

Di sana terdapat sawah ladang yang luas dan penuh dengan bermacam-macam tanaman, di antaranya terdapat juga rombongan hewan dan gembala-gembalanya. Inilah Lembah Merpati!

Hati Koo San Djie menjadi berdebar-debar, melihat lembah yang sudah berada di bawah kakinya ini, ia segera tengkurap dan memperhatikan lembah kecil yang berada di sebelah depan.

Lembah Merpati - Chung SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang