Kepandaian Koo San Djie pada waktu itu telah mencapai ketaraf yang tertinggi, dengan hanya tenaga ini, mana dapat melukainya. Dengan menarik sedikit napas Bu-kiat-hian-kang, ia melindungi seluruh tubuhnya. Dengan cepat ia berbalik dan berkata:
"Totiang tidak dapat diajak berunding, apa tidak menurunkan derajat saja?"
Yun Mong Tjie telah menggunakan tenaga penuh, menyerang dengan ilmu Cui-sim-ciang yang dibanggakan, masih tidak dapat melukai lawan, dia menjadi kememek.
Pukulan Cui-sim-ciang adalah kepandaian simpanan dari golongan Cong-lam-pay, tapi lawannya yang hanya seorang anak kecil saja, sedemikian mudahnya menerima pukulan ini dan masih bisa berbicara. Mana ia tidak menjadi kaget?
Mendadak, dari belakang terdengar satu suara yang seperti genta:
"Budha yang pemurah. Tuan kecil ini berapa kali menyebut ingin menemui pinto, entah ada urusan penting apakah?"
Itulah suara ketua partai Yun Shia Tjie sendiri yang berkata, keluar menghampiri Koo San Djie.
Koo San Djie mendongak, melihat Yun Shia Tjie sebentar, dilihatnya orang ini bermuka panjang, dengan jenggotnya yang melambai-lambai. Pembawaannya agung tapi perkataannya sangat ramah tamah.
Maka dengan segera Koo San Djie mengunjuk hormatnya dan berkata:
"Aku mendapat pesan yang terakhir dari Yun Yan Tjie untuk membawa beberapa barang yang harus diserahkan kepada totiang."
Yun Shia Tjie menjadi terkejut, senyumnya hilang dari mukanya. Dengan mengangkat tangannya ia menyilahkan Koo San Djie masuk.
"Di sini bukan tempat untuk berbicara. Silahkan siaoya berdua masuk ke dalam untuk kita bicara lebih leluasa."
Yun Shia Tjie minggir menyilahkan Koo San Djie berdua masuk.
Setelah sampai di dalam ruangan tamu, Koo San Djie sudah menyerahkan pedang dan tanda cap Yun Yan Tjie kepada ketua partaynya ini, Yun Shia Tjie.
Lalu diceritakan juga tentang kejadian bagaimana Yun Yan Tjie mengejar dua murid durhakanya dan bagaimana diserang dari belakang oleh seorang pemuda.
Yun Shia Tjie sangat sayang kepada adik-adik seperguruannya, apa lagi terhadap Yun Yan Tjie. Begitu mendengar kabar tentang kematiannya yang mengenaskan, biarpun ia mempunyai pelajaran Budha yang dalam, juga tidak tahan untuk tidak mengeluarkan air matanya.
Setelah sekian lama Yun Shia Tjie bersedih, baru ia berkata:
"Terima kasih atas bantuan siaoya yang budiman. Dengan susah payah, jauh-jauh telah datang kemari untuk memberi kabar kepada kami. Tentang kesalah pahaman yang tadi, harap sioaya jangan taruh di dalam hati."
"Ah itu urusan kecil, tidak menjadi apa," sahut Koo San Djie merendah.
Lalu Yun Shia Tjie menanyakan tentang perguruannya Koo San Djie, dan telah diceritakan oleh Koo San Djie dengan sejujurnya.
Yun Shia Tjie menghela napas keheranan dan berkata:
"Guru yang ternama telah mendidik murid yang pandai. Tidak heran jika siaoya mempunyai kepandaian yang menakjubkan."
"Totiang memuji terlalu tinggi," jawab Koo San Djie merendah.
Yun Shia Tjie menghela napas, kemudian berkata lagi:
"Dalam beberapa tahun ini, dari berbagai macam partai telah keluar murid-murid durhaka yang berkhianat terhadap perguruannya. Maka golongan Siauw-lim-pay yang selalu dihormati oleh berbagai macam golongan, telah mengirim undangan ke berbagai macam partai untuk mengundang ketuanya masing-masing dan merundingkan tentang kejadian-kejadian ini. Jika siaoya ingin mengetahuinya, boleh juga turut pergi sekalian ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasíaCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...