Koo San Djie dengan kepandaiannya yang tinggi dan nyalinya yang besar sudah mengikuti di belakang Tong Touw Hio, dengan jalan berliku-liku menuju ke dalam ruangan
Di atas wuwungan rumah Koo San Djie tidak merasai sesuatu apa yang aneh, tapi, setelah masuk ke dalam, terasalah keanehan dari bangunan ruangan-ruangan itu.
Begitu berjalan melalui jalan yang berliku-liku, dirasakan bagaikan berada di sebuah jaring kawa-kawa yang besar, ia sudah tidak dapat membedakan arah di mana timur dan di mana barat, pegangan tangan lankan, pintu, jendela dan semua yang berada di situ semua berbentuk sama. Jika tidak ada Tong Touw Hio yang menjadi penunjuk jalan, jangan harap ia dapat mengenali ini semua.
Hati Koo San Djie sudah menjadi keder juga.
Tong Touw Hio seperti telah dapat menebak keadaan isi hatinya, dengan tertawa ia berkata:
"Harap anda dapat melegakan hati. Pesanggrahan Liong-sun-say, biarpun dibuat seperti ini, tapi tidak mempunyai rahasia yang tersembunyi."
"Dengan tingkatan derajat locianpwe di kalangan Kang-ouw, mana aku curiga," jawab Koo San Djie.
Ia mengatakan dengan hati yang sejujurnya. Tapi perkataan ini justru kata-kata yang paling tepat, hingga membuat hati Tong Touw Hio, memaki:
"Bocah yang mempunyai lidah tajam."
Setelah masuk ke dalam ruangan besar, kekagetannya Koo San Djie sudah bertambah-tambah, ruangan ini ada sangat mentereng. Semua barang-barang yang berada di situ, tidak ada satupun yang tidak bernilai, semua adalah barang-barang antik yang tidak dapat ditaksir dengan harga biasa. Dibandingkan dengan barang yang berada di dalam istana raja, mungkin tidak akan kalah seberapa.
Biarpun di mulut Koo San Djie tidak berkata, tapi kecurigaan hatinya sudah semakin bertambah. Ia menganggap semua barang yang berada di sini menimbulkan perasaan aneh. Dan tingkah laku dari Tong Touw Hio yang demikian hormatnya juga tidak seperti yang sewajarnya. Dari gerak geriknya yang kaku dan suara tertawanya yang tidak sedap, menunjukkan sifatnya yang licin dan berbahaya.
Dengan muka yang selalu ramai, dengan senyuman di mulut, Tong Touw Hio menyilahkan tetamunya duduk. Terdengar ia berkata:
"Baru saja saudara terjun ke dalam kalangan Kang-ouw, dan segera mendapat nama yang wangi. Dengan pukulan tangan kosong, telah membunuh Iblis Pencabut Roh. Dengan kepandaiannya telah dapat memaksa mundur Hoe-sie Tojin. Dengan seorang diri menaklukkan ikan mas besar dari telaga Pook-yang...... di dalam dunia, tidak ada orang kedua yang bisa memiliki prestasi-prestasi seperti ini. Tidak sampai berapa tahun lagi, tentu dapat menaklukkan semua orang rimba persilatan...... Ha, ha, ha,......."
Koo San Djie yang mendengar orang memuji dengan berlebih-lebihan, bukan saja tidak merasa bangga, bahkan sudah menjadi lebih mual. Ia masih tetap menutup mulut.
Tong Touw Hio seperti tidak memperhatikan ini semua, ia sudah menyambung pula berkata:
"Aku tidak memiliki barang makanan untuk dihidangkan, marilah kita minum arak sebagai tanda perkenalan."
Sebentar saja, datanglah seorang pelayan yang membawakan dua cawan arak di nenampan.
Si pelayan dengan tangan membawa nenampan, perlahan-lahan maju menghampiri Koo San Djie, tapi karena kurang hati-hati, nenampan itu terbalik dan cawan pun pecah. Bersamaan dengan suara ramainya pecahan cawan dan jatuhnya nenampan, asap biru mengepul di antara pecahan-pecahan tadi. Dengan gemetaran si pelayan berdiri di tempat itu.
Tong Touw Hio bangun, meninggaIkan tempatnya, tangannya dengan tenang dikibaskan, mengarah dada si pelayan.
Terdengar suara jeritan pendek, jiwa pelayan tersebut sudah diantar ke lain dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasiaCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...