Liu Djin Liong sedari ditinggal minggat oleh Tjeng Tjeng yang nakal, telah menghapuskan peraturan yang tidak mengijinkan orang luar masuk ke dalam Makam Merpatinya. Maka dengan senang hati, ia mengajak Koo San Djie dan Ong Hoe Tjoe menuju ke Makam Merpati. Tentang minggatnya Tjeng Tjeng, tidak disebut-sebut lagi.
Jika Tjeng Tjeng menanyakan kemana saja setahun ini, sang ayah telah pergi? Selalu dijawab dengan gelengan kepala saja.
Tjeng Tjeng tahu akan adat ayahnya yang angkuh, mungkin ia telah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan, maka selanjutnya, ia juga tidak mau menanyakan lagi.
Dugaannya Tjeng Tjeng memang tidak salah.
Itu waktu, baru saja Liu Djin Liong keluar untuk mencari anaknya yang nakal yang minggat, ia sudah melihat sepasang anak muda yang menuju ke arah barat, dengan gerakan yang cepat sekali. Dengan gerakan yang digunakan oleh mereka ini adalah gerakan kepandaiannya sendiri. Maka hatinya tergerak dan kembali lagi ke dalam makamnya, meninggalkan sepotong kertas untuk anaknya, dan ke arah barat juga ia menyusul sepasang anak muda tadi.
Tapi ia mengejar setelah sampai di daerah pegunungan yang penuh belukar di daerah barat, ia kehilangan jejak dua anak muda yang dikejar.
Di daerah pegunungan ini ia berputar-putar sampai dua hari, selama ini ia telah dapat melihat hutan belantara yang gelap sekali, maka seperti terdapat sesuatu yang tidak beres, maka ia telah menyelidikinya dengan teliti.
Biarpun otaknya penuh dengan segala macam buku pengetahuan, tapi biar bagaimana juga, ia masih tidak dapat menemukan sesuatu yang aneh dalam rimba belantara.
Dalam keadaan demikian, mendadak matanya yang tajam telah dapat melihat musuh lama, si Badak Tanduk Perak, sambil celingukan keluar dari dalam rimba aneh itu.
Hatinya menjadi curiga, kepandaian silatnya si Badak Tanduk Perak, hanya berimbang dengan dirinya, tapi tentang pengetahuan umum, mana dapat disamai dengannya? Mengapa ia dapat memecahkan barisan tin ini?
Demikianlah, ia menguntit terus gerak gerik si Badak Tanduk Perak, sampai setahun dan sampai juga ia di gunung Sin-sa.
Tapi sekarang si Badak Tanduk Perak telah meninggalkannya, ia juga sudah tidak dapat mengutarakan kecurigaannya. Maka hatinya telah memutuskan untuk pulang dulu ke dalam Makam Merpati dan perlahan-lahan memikirkan cara pemecahannya soal barisan tin yang dialaminya.
Maka sewaktu Tjeng Tjeng mengajaknya pulang, ia sudah cepat-cepat melulusinya.
Tidak lama dari mereka meninggalkan gunung Sin-sa, di belakangnya telah terdapat orang yang menguntit. Tiga anak muda yang sedang girang dan belum cukup pengalaman tidak mengetahui kejadian ini, tapi Liu Djin Liong yang kawakan mana dapat dikelabuinya?
Tapi ia mana pandang mata segala kurcaci ini, dengan tertawa dingin ia tidak memperdulikannya.
Sewaktu mereka berempat memasuki pegunungan lain, dari salah satu tikungan, mendadak telah keluar menghadang seorang tua berbadan tinggi besar.
Orang tua tinggi besar ini memakai ikat kepala kain putih, brewok dan kumisnya penuh menutupi seluruh mukanya, di pinggang terikat juga kain kasar seperti di kepalanya.
Sambil menunjuk Koo San Djie lalu membentaknya:
"Partai Padang Pasir tidak pernah mengganggu urusanmu, mengapa kau berani sembarang menghina?"
Koo San Djie menjadi bingung, dengan tenang ia menjawab:
"Semua perkataanmu ini aku tidak mengerti. Di manakah aku pernah menghina partaimu?"
"Jangan banyak cingcong. Lihat serangan!" Orang itu membentak.
Betul saja ia sudah mengirim serangannya sampai tiga kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...