Si Selendang Merah telah dibikin kaget oleh suara helaan napas yang mendadak ini. Jantungnya memukul dengan keras, ia percaya akan ketajaman telinganya yang tidak pernah salah dengar. Tapi di tengah-tengah jurang yang tidak terlihat ujung pangkalnya ini, dari mana datangnya suara manusia?
Ia menahan napas, menunggu datangnya suara kedua kalinya.
Betul saja, tidak lama kemudian, suara, elahan napas tadi terdengar pula. Tapi kali ini telah diketahui dari mana datangnya suara, ternyata suara elahan napas itu keluar dari dalam goa yang dalam tadi.
Maka, ia memberanikan diri, masuk ke dalam goa untuk mencari dari mana datangnya suara ini. Diangkat lagi badannya Koo San Djie yang terluka, perlahan-lahan ia memasuki goa yang gelap.
Goa ini seperti bikinan manusia, biarpun gelap dan dalam, tapi keadaan jalanan sangat rata. Setelah ia jalan berliku-liku setengah lie jauhnya, keadaan goa telah menjadi semakin luas, dari atas menyorot sinar matahari.
Setelah ia memperhatikan keadaan di sekitar ini, dengan tidak tertahan lagi ia berteriak keras:
"Ouw......"
Seorang tua berambut panjang yang awut-awutan duduk di tengah-tengah ruangan. Melihat Selendang Merah datang ke arahnya orang itu membuka kedua mata yang memancarkan sinar tajam, tapi kemudian, ia sudah merapatkan kembali.
Dilihat orang tua ini paling sedikit juga telah berumur lebih dari seratus tahun, jidatnya lebar, mukanya keren dan berwibawa.
Tapi, yang membikin Si selendang merah berteriak adalah kedua kakinya orang ini telah terbabat putus sama sekali, buntung, tangannyapun hanya tinggal sebelah. Ini masih belum cukup menyeramkan, yang lebih kasihan ialah, lehernya terdapat sebangsa kalung baja yang berantai, yang diikat sampai ke atas tembok goa. Jika dilihat dari keadaan ini, orang tua ini hanya dapat bergerak di antara lingkaran yang berjari-jari dua tumbak lebih.
Orang tua ini telah dikurung orang, tapi siapakah orang yang telah berbuat sekejam ini? Baru juga mau membuka mulutnya, ia telah keburu didahului oleh orang aneh itu.
"Siapakah kalian berdua, mengapa dapat datang kemari?"
Selendang Merah meletakkan tubuh Koo San Djie, sambil menjura ia memberi hormatnya, kemudian menjawab:
"Boanpwe mendapat julukan Selendang Merah, karena dikejar musuh dan terjatuh ke dalam lembah, beruntung dapat menggunakan selendang dapat masuk ke dalam goa ini."
Terdengar pula suaranya si orang tua tidak berkaki:
"Dan siapa pula yang di bawah itu?"
Dengan masih menghormat ia, menjawab:
"Adik boanpwee yang bernama Koo San Djie, ia terluka berat."
Terdengar perintahnya yang keren:
"Bawa kemari. Perlihatkan padaku!"
Selendang merah tidak membantah akan perintah ini, betul-betul ia membopong ke depan.
Si orang tua tidak berkaki, dengan tidak memeriksa lagi tentang keadaan lukanya, sudah menggerakkan tangannya yang tinggal sebelah di sekeliling tubuh Koo San Djie, diperhatikannya juga betul-betul paras muka anak muda itu. Setelah sekian lama baru ia berkata pula:
"Bagaimanakah tentang asal usulnya?"
Selendang merah tidak berani membohong, dengan terus terang ia berkata:
"Ia adalah ahli waris Si pendekar Berbaju Ungu dan juga murid pendekar Merpati Liu Djin Liong."
Si orang tua telah lama tidak keluar dalam dunia Kang-ouw, maka ia tidak tahu, apa yang disebut Pendekar Berbaju Ungu atau Liu Djin Liong itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...