49. Menerjang Lembah Merpati

1.8K 29 1
                                    

Koo San Djie yang telah lompat keluar dari jendela telah dapat melihat sebuah bayangan yang langsing lenyap di antara gunung-gunungan palsu.

Terhadap si tubuh langsing Koo San Djie mempunyai pandangan yang lain, apa lagi Lembah Merpati kini telah terang-terangan berseteru dengannya. Mana ia dapat membiarkan lewat begitu saja?

Dengan tidak menghentikan langkahnya lagi, ia sudah menyusul ke jurusannya dan betul juga seorang wanita berbaju putih sedang berjalan cepat menuju ke tempat ruangan bersidang.

Wanita berbaju putih ini seperti telah apal sekali dengan jalanan di sini, bagaikan rumah sendiri saja ia berjalan dengan lenggang.

Ketika itu jarak di antara mereka sudah menjadi dekat sekali, ternyata wanita berbaju putih ini adalah Siok-song Mo-lie yang telah lama dikenal.

Hatinya menjadi kaget dan berpikir:

"Apa Hui-hong-pang ini juga telah bersekongkol dengan Lembah Merpati?

Siok-song Mo-lie setelah sampai di belakang ruang bersidang, dengan tidak ragu-ragu lagi mengenjot badannya dan masuk ke situ. Ternyata ruang bersidang ini mempunyai hubungan dengan ruangan dalam ketua Hui-hong-pang.

Koo San Djie dengan cepat mendahului dua tindak untuk mencari tempat yang lebih tepat sehingga dapat melihat keadaan dalamnya dengan lebih tegas lagi.

Di bawahnya adalah ruangan tamu yang kecil, seorang gadis muda yang kira-kira berumur delapanbelas tahun duduk di sana dengan muka penuh akan kesedihan. Di kedua sisi masing-masing terdapat duduk pengurus daerah Siang- kiang dan Kun-san

Gadis muda itu berpembawaan agung sekali, jika dilihat dalam sekelebatan saja, rasa-rasanya Koo San Djie seperti telah melihatnya di mana tapi biar bagaimana juga kini ia sudah tidak mengingatnya lagi.

Setelah sekian lama, mendadak ia seperti baru tersadar:

"Betul. Mukanya gadis ini dan si pemuda desa yang pernah membantunya membuat barisan Kalajengking bersama-sama dengan Hay-sim Kongcu ada sangat mirip sekali. Apa ia ada saudaranya?"

Maka ia sudah berpikir untuk membantunya di mana perlu, karena ia juga masih berhutang budi kepada saudaranya.

Karena ia sedang memikirkan soal ini sampai lupa akan dirinya Siok-song Mo-lie yang waktu itu telah lenyap dari pandangan matanya.

Mendadak si gadis sudah membentangkan kedua matanya yang seperti bintang, dengan keren berkata:

"Siapa yang mencuri dengar pembicaraan kami? Mengapa tidak berani menonjolkan diri?"

Berbareng terdengar juga satu suara yang nyaring menjawab:

"Satu ketua muda yang panjang kupingnya."

Di dalam ruangan tamu yang kecil itu kini telah bertambah lagi seorang wanita berbaju putih Siok-song Mo-lie.

Gadis di dalam ruangan tamu melihat siapa adanya si pengunjung, mukanya segera menjadi berobah. Dengan tidak bangun lagi dari tempatnya ia tertawa dingin.

"Tidak tahunya, kau juga berani mencuri dengar pembicaraan kami."

Tapi pengurus daerah Siang-kiang dan Kun-san dengan cepat telah bangun berdiri dan menyilahkan duduk dengan hormat.

Siok-song Mo-lie membawa dirinja dengan angkuh sekali, seperti mendemontrasikan lagak tengiknya ia berkata:

"Ketua mudaku, mengapa tidak bergembira? Apa tidak suka dengan kedatanganku?"

"'Nelayan-nelayan di daerah Tong-teng," kata si gadis, "adalah kawan-kawan melarat, semua tidak mempunyai gunung mas atau lembah perak. Mereka mana dapat mencukupi keserakahanmu, Lembah Merpati yang tidak habis-habisnya?"

Lembah Merpati - Chung SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang