29. Di Antara Cinta dan Duka

2.3K 28 0
                                    

Si Hakim Neraka dengan suara yang menyeramkan sudah menjawab:

"Itu hanyalah permainannya para budak perempuan saja."

Mendadak, dari gunung-gunungan palsu tadi telah keluar pula seorang perempuan yang berpakaian rebo dengan suaranya yang nyaring berkata:

"Itulah perbuatanku. Aku benci...... aku sudah benci sekali padamu....... ingin sekali aku dapat mengorek hatimu...... Ini kali gagal, karena datangnya si nikouw sialan itu. Tapi, lihat saja kemudian, aku mesti dapat membunuhmu......"

Sampai pada perkataannya yang terakhir, suaranya sudah menjadi serak. Tapi ia masih mencoba meneruskannya juga.

Koo San Djie dapat melihat, yang datang itu adalah Tju Thing Thing, hatinya sudah seperti diiris-iris. Di dalam hati dia berkata:

"Dia telah menjadi seperti ini, itulah karena perbuatannya sendiri. Mengapa harus menyalahkan kepadaku?"

Pandangannya tidak berani membentur sinar matanya Tju Thing Thing yang mengandung kedengkian.

Berbeda dengan perasaannya Tju Thing Thing, Koo San Djie tidak dapat menyalahkan bekas kawannya ini. Biarpun Tju Thing Thing memaki-maki akan membunuhnya, tapi ia tidak lantas benci kepadanya. Bahkan sebaliknya, ia menjadi lebih sayang. Hatinya pedih, seperti saudaranya sendirilah yang mengalami kejadian ini.

Ia hanya terdiam saja di tempat.

Tapi, Tjeng Tjeng sudah mengeluarkan kepalanya dari dalam pelukan Ong Hoe Tjoe . Ia sudah meloncat sambil menuding-nudingkan tangan berkata:

"Ternyata, yang ingin membuat kita celaka adalah siluman ini. Jika saja koko San tidak mengatakan bahwa kau dulunya seorang baik, aku akan segera membunuhmu......"

Koo San Djie dengan menghela napas berkata:

"Adik Tjeng, jangan memaki lagi. Dia harus dikasihani......"

Tju Thing Thing mendengar Tjeng Tjeng memakinya sebagai siluman, sudah tertawa sepert orang gila:

"Ha, ha, ha...... siluman......? Ha, ha, ha...... siluman, Ha, ha, ha, ha......"

Bagaikan benar-benar gila saja ia sudah pergi meninggalkan tempat itu.

Si Hakim Neraka yang melihat kelakuannya ini tidak menjadi heran, ia menunjuk ke arah Koo San Djie dan berkata:

"Di pegunungan Pay-hoa ini tidak mengijinkan orang-orang sembarangan berkeliaran. Mengapa kau tidak lekas membuang senjata dan menyerahkan diri?"

Koo San Djie sedang girang karena dapat menemukan encie Ong Hoe Tjoe, sudah tidak mau terlibat terlalu lama di sini. Dengan cepat-cepat ia berkata,

"Jika kau ingin bertarung, lekaslah kau maju semua. Aku hanya dapat melayani dalam satu pertandingan saja."

Si Hakim Neraka berempat yang biasanya hanya berbuat sewenang-wenang di daerahnya, sudah menjadi besar kepala, karena belum pernah ada orang yang berani melawan mereka. Maka bajingan ini sudah merasa bahwa merekalah yang mempunyai ilmu tertinggi, jika tidak melihat Koo San Djie dan Tjeng Tjeng memecahkan barisan tin yang lihay tadi belum tentu mereka mau melayani. Tidak disangka, Koo San Djie berani menyuruh mereka berempat maju bersama, inilah satu penghinaan besar. Maka sambil membentak keras, si Hakim Neraka berkata:

"Bocah ingusan, jangan sombong......."

Dibarengi oleh serangannya yang pertama, menyerang ke arah dada Koo San Djie.

Koo San Djie menyingkir ke samping, meloloskan serangan. Tidak keburu ia membalas menyerang, karena di saat yang sama dua tangan yang kecil putih datang menyelak. Tjeng Tjeng, bagaikan sedang memperebutkan mustika saja, berteriak-teriak:

Lembah Merpati - Chung SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang