Mendadak Hu-hay Sin-kun seperti mendapat firasat yang tidak enak, sambil melompat dari tempatnya ia berkata:
"Jika demikian, kini anakku tentu sedang ada dalam bahaya!"
Dengan segera ia memanggil dua orangnya, lalu mengisiki beberapa perkataan.
Dua orang tadi setelah manggut-manggut, menandakan telah mengerti, lalu pergi meninggalkan ruangan.
Setelah Hu-hay Sin-kun menyelesaikan ini semua, baru ia berpaling kepada si Sastrawan Pan Pin dan berkata:
"Anakku yang nakal itu, biarpun tidak mempunyai kepandaian yang sangat tinggi, tapi di kalangan Kang-ouw sudah jarang ada orang yang dapat mengalahkannya. Tadi mendengar penuturan dari kawan kecilmu yang mengatakan bahwa ia telah salah melukainya, hatiku menjadi curiga, maka aku telah mencobanya, tidak disangka, dengan umurnya yang masih demikian muda, dia telah mempunyai kepandaian yang sangat tinggi......."
Setelah berhenti sebentar, terdengar ia meneruskan pembicaraannya:
"Jika bukan saudara yang mengatakannya, ia telah menjadi ahli waris dari Cianpwe Berbaju Ungu, sudah tentu menyangka kepada orang dari Lembah Merpati......"
Berkata sampai di sini, ia telah menghela napas panjang.
"Aku bersusah payah berusaha untuk mendapatkan nyali ikan mas dan usaha dari anakku dengan orang Lembah Merpati juga mempunyai maksud yang tertentu......" orang tua itu berkata pula.
Lalu dengan menahan perasaannya ia menceritakan pengalaman sedih yang telah menimpa dirinya.
Demikian ceritanya:
Setelah ia menyelesaikan pelajarannya dan turun dari gunung es, dengan mengandalkan kepandaian yang telah ia dapatkan dari gurunya, tenaga Siauw-sin-san dan pukulan Wie-mo-ciang, ia berkelana di kalangan Kang-ouw. Dalam duapuluh tahun, belum pernah ia mendapat tandingan. Dan ilmu pukulan Wie-mo-ciang pun telah menjadi terkenal karenanya.
Tidak disangka, di daerah Kang-lam, ia telah menemukan seorang pemuda sekolah yang berparas cakap, berpakaian rapi yang mendapat julukan Phoa An Berhati Ular, yang mengatakan, ingin mencoba ilmu pukulan Wie-mo-ciang yang tersohor.
Demikianlah mereka berjanji, di suatu tempat pekuburan yang sepi untuk mengadu kekuatan. Setelah mengadu dua hari dua malam, berakhir dengan keadaan seri. Dan pukulan yang digunakan oleh si pemuda sekolahan ialah pukulan Hian-oey-ciang yang bersifat keras.
Pada hari ketiga, dua orang itu telah menjadi panas, hampir saja mau mengadu jiwa, dengan tenaga dalam untuk menentukan siapa yang menjadi juara. Pada waktu inilah mendadak datang seorang wanita berparas cantik yang memisahkan mereka berdua.
Yang heran setelah mendengar perkataannya wanita cantik itu, dengan tidak menanya dan memberi tahu nama lagi, Si Phoa An berhati Ular menjura dan ngeloyor meninggalkan mereka.
Seperginya pemuda sekolah berparas cakap itu, wanita cantik yang mengaku bernama Sui Yun Nio sudah menjadi demikian jinaknya, dengan Hu-hay Sin-kun berdua mengobrol ke barat dan ke timur.
Sejak jaman dahulu, orang-orang ternama selalu jatuh karena wanita. Demikian juga dengan Hu-hay Sin-kun, biarpun telah mempunyai istri, tidak urung masih jatuh juga dibawah kakinya Sui Yun Nio. Demikianlah, Sui Yun Nio telah dibawa masuk ke dalam pulau Hay-sim.
Sui Yun Nio bukan saja berparas cantik, juga pandai dan bisa mengambil hatinya Hu-hay Sin-kun. Karena Hu-hay Sin-kun sering pergi berjalan-jalan di dalam dunia Kang-ouw, demikian pula ibu dari Hay-sim Kongcu, Sie Toa Nio, tidak mau memperdulikan segala urusan di pulaunya, maka urusan-urusan besar dan kecil di atas pulau, lama kelamaan telah terjatuh ke dalam tangan Sui Yun Nio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...