43. Hutan Belantara Menyesatkan

1.8K 27 0
                                    

Hay-sim Kongcu yang melihat Sui Yun Nio juga telah mengangkat kakinya melarikan diri, dengan tidak memikir akan segala akibatnya lagi ia sudah lantas mengejarnya.

Terdengar suara Koo San Djie dari belakang memperingatkan kepadanya:

"Saudaraku jangan terburu napsu......"

Tapi mana keburu, Hay-sim Kongcu juga telah lenyap dari pemandangan.

Si pemuda desa malah tertawa-tawa lebar:

"Jangan sibuk tidak keruan. Mari kita segera menyusul."

Ia mengangkat kakinya, menggunakan ilmu meringankan tubuhnya, melesat terbang menyusul Hay-sim Kongcu.

Koo San Djie merasa lega juga melibat adanya pemuda desa ini yang pergi untuk membantu Hay-sim Kongcu.

Kini ia menghampiri Hian-tju Totiang dan rombongannya. Dari delapan orang ini ada setengahnya yang mendapat luka-luka.

Si Golok Sakti Nomor Satu terluka dalam, Ie Hoa Tie terluka di lengan, dan yang lain-lainnya lagi tidak keruan muka. Apa lagi Hian-tju Totiang yang mengadu tangan luka yang terberat.

Dengan cepat, Koo San Djie mengeluarkan pil pemberiannya si Orang Tua Bertangan Satu dan memberikan empat butir kepada Hian-tju Totiang sambil berkata:

"Pil ini sangat mustajab sekali, harap totiang dapat memberikan kepada mereka."

Hian-tju Totiang menyambuti pil itu, terasa olehnya bau harum yang keras menusuk hidung, pikirannya sudah menjadi jernih kembali. Maka ia tahu, inilah obat pil yang mahal harganya, dengan tidak henti-hentinya ia mengucapkan terima kasihnya.

Sebentar saja, kecuali si Golok Sakti Nomor Satu yang mendapat luka luar, yang lainnya sudah menjadi segar kembali.

Maka dengan beramai-ramai mereka mengucapkan terima kasih kepada anak gembala ini, dan minta maaf untuk kesalahan paham yang sudah lalu.

"Hanya pemberian kecil, buat apa disebut lagi," Koo San Djie berkata merendah.

Si Penadah Langit Kiang Peng berkata:

"Hari ini, jika bukannya saudara kecil yang dapat mengalahkan Pek-hoat Sian-tong dan kawan-kawannya, beberapa tulang kita ini tentu sudah tertanam di sini."

Si Walet Kie Gie nyeletuk:

"Orang-orang Lembah Merpati keluar dengan berbareng, bukan saja untuk menyatrukan saudara kecil ini saja, tentu masih mempunyai maksud tertentu. Kita harus bersiap-siap untuk menghadapi mereka."

Dengan menghela napas, Hian-tju Totiang berkata:

"Sebelumnya aku sudah menganggap sembilan ketua partai kita terbunuh oleh saudara kecil ini, baru sekarang aku tahu akan kesalahanku itu. Harap saudara jangan menaruh dendam."

"Urusan yang lama jangan disebut kembali," Koo San Djie menghibur. "Tentang urusan Lembah Merpati, sudah tentu akan ku urus sendiri. Apa lagi terhadap si pengkhianat Lam Keng Liu, aku tidak dapat melepaskan kepadanya."

"Kami akan segera kembali ke masing-masing gunung," Hian-tju Totiang berkata. "Jika saudara sudah mendapatkan di mana letaknya Lembah Merpati, harap suka segera memberi kabar, supaya kami dapat juga memberi bantuan yang tidak berarti."

Setelah meagucapkan kata-kata ini, mereka mengucapkan selamat berpisah. Baru beramai-ramai meninggalkan tempat itu.

Koo San Djie berdiri, mereka berlalu sampai tidak terlihat sama sekali, baru ia gerakan kakinya melanjutkan perjalanannya.

Baru saja ia membalikkan badannya, dari pohon-pohonan telah terdengar suara orang ramai yang tertawa.

Ternyata yang datang adalah Tiauw Tua, Sastrawan Pan Pin dan Tjeng Tjeng tiga orang.

Lembah Merpati - Chung SinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang