Suaranya ditujukan ke atas. Meskipun sedang tidak puas atas perlakuan para ketua partay itu, tapi mata dan kuping Koo San Djie selalu berada dalam keadaan siaga. Cepat sudah dapat mengetahui bahwa di atas genteng ada orang yang mencuri dengar pambicaraan mereka.
Tjeng Tjeng yang dadanya penuh dengan perasaan kemurkaan yang tidak dapat dilampiaskan mendahului melesat ke atas genting.
Semua orang hanya melihat bayangan merah berkelebat dan lenyaplah anak perempuan kecil yang berada di hadapan mereka. Kini barulah mereka merasa kaget. Ternyata bahwa dua anak kecil ini mempunyai kepandaian yang luar biasa.
Berbareng pada waktu Tjeng Tjeng naik ke atas genteng, sebuah benda putih telah melayang masuk dan langsung mengarah Hwi-kak Sangjin.
Hwi-kak Siangjin tidak menjadi kaget, dengan menggunakan dua jari tangannya, ia menjepit benda yang datang ke arahnya tadi. Sewaktu ditegasi, ternyata itu adalah sebuah sampul surat.
Dengan sampul surat yang setipis itu, diterbangkan dari tempat yang jauh jaraknya, dengan mengeluarkan suara mengaung, bahkan telah membuat Hwi-kak Siangjin yang menerimanya tergetar olehnya, teranglah kepandaian orang yang datang sebagai mata-mata itu adalah sangat tinggi.
Di atas sampul surat tercetak sepasang burung merpati, ini surat hanya terdiri dari beberapa perkataan:
"Jika berani melawan Lembah Merpati. Itulah berarti membentur batu."
Sewaktu dilihatnya Koo San Djie dan Tjeng Tjeng, dua anak ini juga telah lenyap dari pandangan mata mereka. Dengan tidak terasa, jago Siauw-lim-pay itu telah menghela napas panjang. Kemudian diperlihatkannya surat tersebut kepada mereka yang hadir di situ.
Ketua partai Tiam-cong-pay, Ong Thian Ie dengan marah berkata:
"Ini berarti, Lembah Merpati telah menantang perang. Menurut pendapatku, sebaiknya segera kita berangkat ke sana esok hari, karena kita telah mengetahui, di mana letak tempat Lembah Merpati."
Ketua partai Ceng-shia-pay, Gouw Tiang Bun juga sudah lantas menyetujuinya:
"Aku tidak percaya, dengan tenaga kita yang telah tergabung boleh takut kepada Lembah Merpati."
Ketua partay dari Bu-tong-pay, Cek Yang Cinjin setelah memikir sebentar, baru mengeluarkan pendapatnya
"Dengan kepandaian yang telah diperlihatkan orang tadi kepada kita semua, ternyata Lembah Merpati adalah tempat berkumpulnya macan dan naga berkaki dua. Jalan yang terbaik ialah kita berunding dulu dengan mengumpulkan tenaga yang telah ada, kemudian baru kita menyerangnya secara serentak."
Yang diartikan dengan kata-kata macan dan naga berkaki dua adalah para jago-jago silat dari segala macam aliran.
Ketua partay Ngo-bie-pay, Hay Ouw Cie tertawa berkakakan dan berkata:
"Sebagai ketua partai masih dapat dibikin takut oleh selembaran kecil, apa tidak takut ditertawakan dunia. Cepat atau lambat, tokh harus bertempur juga dengan Lembah Merpati. Menurut pendapatku, pada waktu mereka sekarang belum berjaga-jaga, kita segera pergi menerjangnya."
Ong Thia Ie dan yang lain-lain sudah menyetujui usul ini:
Hwi-kak Siangjin dan Ceng Yang Cinjin yang bersifat sangat hati-hati, melihat lebih banyak orang yang setuju dengan usul ini, juga tidak dapat mengatakan sesuatu apa pula.
Demikianlah, pada waktu malam itu juga, mereka berangkat dan menuju ke tempat yang disebut Lembah Merpati.
Rupanya, sudah nasibnya rimba persilatan yang harus mengorbankan orang-orang ini, di sana karena kesalah pahaman, sehingga mereka jauh-jauh, mengantar diri untuk menerima kematian, satupun tidak ada yang terluput dari mara bahaya. Tertawalah ketua Lembah Merpati yang sebenarnya, karena melihat ketololan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembah Merpati - Chung Sin
FantasyCeritanya sederhana, tentang seorang Anak Angon (gembala) yang bernasib baik dan berjiwa asih berjuang untuk menegakkan keamanan dan keadilan di Sungai Telaga yang dikacaukan oleh Penguasa Lembah Merpati yang sangat lihay namun khianat. Di dalam men...