Fisika

6.3K 112 9
                                    

Sesorang tak sabar menunggu bel istirahat segera berbunyi, guru masih sibuk menerangkan beberapa rumus matematika yang ada di papan tulis. Beberapa siswa kelas lain sudah bubar meninggalkan kelas dan hal itu membuat Chesta yang dari tadi ingin segera keluar semakin kesal melihat guru di depan. Chesta merupakan salah satu murid pandai di sekolahnya sejak ia kelas X dia sudah mendapat peringkat di kelas maupun satu angkatan. Ia masuk kelas IPA hampir semua pelajaran ia kuasai kecuali olahraga dan fisika. Ia sangat buruk di dua pelajaran itu. Meskipun Ia termasuk orang yang pandai tapi dia bukanlah salah satu orang yang disukai oleh siswa lain di sekolahan. Sebagian dari mereka memandang orang yang pandai tidak asyik diajak bicara dan hanya mementingkan buku. Mereka berpikir mengajak mereka (orang pandai) pergi bermain atau nongkrong hanya akan mendapat ceramah, jurus andalannya adalah mengadu pada guru. Tapi tidak dengan Chesta.

Saat istirahat Chesta segera keluar kelas sambil membawa buku pelajaran. Ia tak mau melewatkan waktu istirahatnya untuk menemui seseorang.

"Ches, kemana loe?" tanya Lisa sedikit berteriak.

"Mau ke IPA 4." Teriak Chesta sambil berlari keluar meninggalkan teman-temannya yang masih mematung dan saling pandang.

"Mau ngapain sih dia buru-buru banget?" tanya Lisa ingin tahu.

"Paling juga nemuin Rian." Jawab Vita.

"Apa mereka pacaran, kok mereka kaya deket gitu." Tanya Lisa penasaran.

"Gue sih pernah nanya katanya cuma temenan, paling les privat aja sih. Udah yuk kantin laper." Sahut Ina lalu menarik mereka ke kantin.

"Chesta gimana?" tanya Lisa.
" Udah lah dia udah gede ini." Sahut Ina.

Mereka pergi bersama meninggalkan kelas yang sudah mulai sepi. Istirahat adalah waktu yang tepat untuk meninggalkan kelas yang membosankan dan terasa penat. Sebagian siswa memilih pergi ke kantin dan sebagian lagi mencari udara segar ditaman sekolah.

Seperti halnya Arvad dan teman temannya yang berjalan dengan santai menuju lapangan. Mencoba melepas penat setelah pelajaran Bahasa Inggris yang membosankan. Mereka satu persatu meregangkan tangan dan leher. Saling bertatap dan berlari menuju bola basket.

"Kali ini gue nggak mau kalah dari loe." Kata Gafi sinis.

"Liat aja nanti." Balas Arvad tersenyum. Mereka saling merebut bola dan bermain dengan penuh semangat. Sementara siswa perempuan asyik menyoraki mereka dan saling memuji setiap anggota geng mereka. Yoga yang memiliki tubuh paling tegap dianggap sebagai ketua geng dan sekaligus paling ditakuti karena tampangnya yang sangar bukan hanya itu dia merasa paling berkuasa di sekolah.

Chesta mengejar Rian yang sedang berjalan menuju lapangan untuk melihat permainan basket. Tidak hanya perempuan bahkan laki-laki juga merasa bahwa permainan basket mereka sangat keren walapun ini bukan pertandingan tetapi cukup banyak yang tertarik untuk melihatnya.

"Rian..." teriak Chesta. Pemilik nama tersebut menengok ke belakang dan tersenyum saat tahu siapa yang memanggilnya kemudian berhenti.

"Ian, ayo." Seru temannya.
" Duluan aja." Sahut Rian, Lalu mereka berjalan menjauhi Rian. Chesta berhenti tepat dihadapan Rian, nafasnya terengah-engah. Cukup melelahkan setelah mencari kekelas tak ada akhirnya menemukannya di sini.

"Nafas dulu." Kata Rian tersenyum melihat Chesta yang hendak berbicara dengan nafas terengah-engah. "Fisika?" tanya nya kemudian. Chesta hanya mengangguk. "Yaudah di sana yuk." Tunjuk Rian mengarah ke dekat lapangan.

"Nggak ah, rame banget." Sahut Chesta yang melihat keramaian siswa perempuan bersorak -sorak. "Sana aja gimana?" tanya Chesta menunjuk bangku pinggir lapangan yang cukup sepi. Rian mengangguk mereka berjalan menuju bangku tersebut. Mereka berjalan sambil mengobrol tentang pelajaran di kelas masing-masing hari ini.

Arvad mendrible bola dan siap-siap untuk memasukkan ke ring Gafi berusaha merebut tetapi gagal hingga Arvad benar-benar mencetak angka. Semua bersorak dan Arvad menoleh ke arah kanan terlihat Chesta berdua bersama Rian sedang duduk, raut wajahnya berubah.

"Udah yuk ke kantin." Ajak Eno terlihat lelah. "Ayo.."seru Yoga.

"Ngapa lo bengong Vad?" tanya Gafi yang melihat Arvad muram.
"Nggak." Sahutnya lalu berjalan mengikuti Yoga dan yang lainnya. Sementara Gafi melihat ke arah Chesta dan Rian yang asyik mengobrol. Ia merasa ada sesuatu antara mereka, hal ini cukup membuat Gafi penasaran.

"Gimana udah ngerti?" tanya Rian setelah selesai menjelaskan dan melihat Chesta yang mengagguk-angguk.

"Iya ngerti, semoga nggak lupa lagi. Tahu sendiri gue nggak suka fisika, kalau nggak ada lo mungkin gue bisa nggak naik kelas karena fisika." Kata Chesta.

"Hahaha...untung gue juga mau ngajarin loe dengan gratis ya selama ini." Sahut Rian.

"Hem,,, gimana kalau kali ini gue bayar." Kata Chesta seperti merasa merepotkan Rian terus menerus.

"Apaan sih lo, emang gue minta bayaran."

"Kalau Cuma mie ayam, bakso, atau nasi goreng mah nggak apa-apa."

"Yah, murah banget. Gue dari kelas X lo uber-uber buat ngajari lho." Kata Rian terlihat tak terima.

"Oh, jadi selama ini nggak ikhlas?" tanya Chesta kesal.

"Eh bercanda gue." Rian tersenyum.

"Apa gue kliatan ngejar-ngejar lo ya?" tanya Chesta mengingat dia yang selalu meminta bantuan Rian setiap saat ia kesulitan tentang fisika.

"Banget, sampe dikira gue punya utang sama lo." Rian tertawa, Chesta juga.

"Eh, udah bel tuh masuk yuk." Ajak Chesta saat mendengar bel berbunyi.

"Ches, buat bayar utang lo minggu temenin gue nyari buku mau nggak." Ajak Rian sedikit ragu.

"Oke lah." Jawab Chesta tersenyum. Mereka berjalan menuju kelas bersama lalu berpisah saat Rian memasuki kelas.

Mendengar jawaban Chesta tadi membuat hatinya sedikit senang, karena selama ini ia tak berani mengajak perempuan itu untuk pergi. Meskipun dengan alasan toko buku tapi rasanya seperti nge-date.

"Untung gue pinter fisika." gumamnya sambil tersenyum.

~~~
Cerita pertamaku semoga suka.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang