Lisa terus memikirkan sikapnya yang tiba-tiba berubah saat bersama Rian atau saat melihat Rian, ia sejujurnya tak tahu apa yang terjadi karena ia belum pernah merasakannya sebelumnya. Bahkan saat ngefans dengan Arvad atau Gafi juga tak sampai seperti ini. Ada yang aneh dengan dirinya, konsentrasinya terganggu saat guru menjelaskan dan juga dia menjadi lebih lemot. Ia tersenyum sendiri saat pelajaran bahasa indonesia, mengingat kemarin Rian memberinya minuman saat belajar fisika dengannya.
"Lis, hei lis lo kenapa sih?" Bisik Vita.
"Hem, iya yan?"
"Yan, siapa lagi?" Lisa tersadar ia salah memanggil.
"Eh, bukan apa-apa."
"Dasar aneh." Sahut Vita merasa aneh dengan sikap Lisa. Dan apa itu tadi yan? Siapa yang di maksud. Apa itu Rian atau siapa?
:-)
Lisa dan Vita pulang naik motor bersama mereka mengendarai dengan kecepatan sedang sambil ngobrol membahas pelajaran, film dan beberapa gosip si sekolah. Sampai akhirnya Vita mengerem mendadak saat beberapa motor menghadnagnya. Lisa dan Vita terkejut bahkan hampir terjatuh, Lisa merasa ini bukanlah hal yang baik.
"Woi, mau apa kalian." Teriak Vita yang tangannya di tahan oleh Lisa karena takut. Lisa merasa melawan mereka bukanlah hal yang bagus.
"Vit, kita mundur saja yuk. Gue takut." Vita hanya diam. "Jumlah mereka lebih dari dua dan kita nggak ada yang jago karate." Lanjut Lisa.
Orang yang menghadang mereka turun dari motornya dan tak ada jalan lain untuk lari. "Lo tadi nantangin gue?" tanyanya tersenyum licik.
"Apa mau kalian?"
"Turun lo, gue mau bikin perhitungan sama Chesta. Kalian kan temennya Chesta." Vita terkejut begitu nama Chesta disebut apa ini, siapa mereka sebenarnya.
"Turun lo sekarang juga!" teriak salah seorang membuat Vita yang tadinya berani menjadi takut.
"Gara-gara temen lo Kay jadi di keluarin dari sekolah, bukan hanya Kay tapi juga gue." Kata salah seorang yang bertubuh tegap. Lisa berusaha menelan ludah kakinya gemetaran.
"Hajar aja mereka dan ambil motornya." Suruh orang berbadan tegap. Lisa ketakutan begitu juga Vita yang mencoba berani tapi akhirnya juga mundur. Berusaha mempertahankan motornya agar tak dicuri atau dihancurkan. Ia tak menyangka kalau hal semacam ini terjadi pada mereka. jalanan di sana memang sepi karena itu merupakan jalan alternatif bagi pelajar yang belum memiliki SIM untuk menghindari polisi.
Eno yang lewat dengan motor kesayangannya melirik ke arah kedua perempuan yang di ganggu itu. Seperti mengenal mereka, dan ia memang mengenalinya.
"Ngapain mereka gangguin tuh geng cewek pinter, ah masa bodo." Katanya pelan lalu kembali mengegas motornya. Lisa berusaha untuk membuat pertahanan sementara Vita masih mempertahankan motornya.
"Serahin motornya cepet, atau nggak..." Vita mulai ketakutan karena orang itu bersiap melayangkan tinjunya. Duuaakkk...Bruukk.. sesuatu menabraknya hingga jatuh.
"Atau nggak apa?" tanya orang yang barusan turun dari motor. Vita yang menutup matanya tak melihat jika tinju itu belum sampai, apa dia salah sasaran tapi kenapa ada suara yang seperti dia kenal. Lisa menggoyang-goyangkan bahu Vita agar Vita membuka matanya. Ia membuka matanya perlahan dan melihat kekacauan terjadi. Beberapa orang telah tumbang dipukuli dan beberapa lagi masih mencoba untuk melawan. Vita tak bisa melihat dengan jelas siapa yang menolongnya, tapi ia melihat motor yang ada di dekatnya itu adalah motor...
"Eno." Vita terkejut, suaranya membuat pemilik nama menoleh dan hal itu menjadi kesempatan bagi lawannya untuk melukainya. Eno terjatuh di tanah dan mencoba untuk berdiri ternyata lawannya tak seperti yang dia bayangkan mereka sangat kuat. Hingga Eno terpojokkan mereka bertiga sekarang terkepung. Vita melirik Eno yang pelipisnya sudah terluka, seperti memikirkan sesuatu.
"Kenapa lo balik lagi? Bukannya tadi lo udah lewatin kita?" tanya Vita ketus.
"Bukan saatnya buat mikirin hal itu, sekarang yang harus lo pikirin gimana lolos dari mereka." Eno fokus melihat ke arah lawan dan berusaha untuk melindungi dua orang di sampingnya. "Apa kalian nggak ada niatan buat bantuin gue?" tanyanya sambil memukul.
"Eh, kita nggak bisa.."
"Pakai ap aja lah, pulpen cutter atau apa kek. Jangan bengong mulu lo mau babak belur?" Eno masih sibuk berkelahi Vita mencoba mencari benda yang dapat digunakan untuk melawan. Dan masing-masing dari mereka memegang senjata. Vita dengan gunting bekas kerajinan tadi dan Lisa dengan penggaris besi tentu saja seketika penggaris itu bengkok karena ukurannya yang kecil dan tipis.
"Gue pikir kalian pinter, nyari senjata buat pertahanan aja nggak bisa." Gerutu Eno melihat penggaris Lisa yang bengkok. Orang yang bertubuh tegap itu segera memukul Eno hingga terjatuh dan kalah telak. Vita juga sempat kena pukulan begitu juga Lisa. Hingga pertolongan datang, Rian dan Ina. Kedatangan mereka membuat Lisa sedikit kacau, seperti ada yang aneh setiap kali melihat Rian bersama Ina. Eno yang sudah terjatuh di bantu oleh Rian, mereka mulai menyerang sejujurnya mereka akan menang tapi sepertinya sangat minim karena kalah jumlah.
Ina yang jago karate beberapa kali jatuh begitu juga Rian, Lisa hanya bisa bersembunyi di balik badan Vita yang menggunakan Gunting sebagai senjatanya. Lisa mempunyai kesempatan untuk meminta bantuan, ia menelpon sesorang. Di pikirannya hanya ada dia dan berharap dia datang tak sendirian. Lisa mulai diseret oleh salah satu anggota mereka dan Vita mencoba menolongnya, namun sulit mereka semua laki-laki dan melihat caranya berkelahi mereka jago bela diri.
"Berenti kalian!!!" Teriak Chesta yang datang dengan yang lainnya. Sontak semua menoleh Lisa tersenyum melihat kedatangan Chesta, tapi Gunting yang di pegang Vita direbut oleh salah satu dari mereka. Eno terjatuh kakinya di remukkan oleh orang yang berbadan tegap dan besar.
"Awas Vit.." teriak Ina mendorong Vita menjauh dari serangan musuh yang memegang gunting. Melihat itu Chesta sangat marah dan polisi datang beberapa dapat kabur namun sebagian tertangkap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...