Ina, Chesta dan Gafi sedang makan di kantin mereka saling meledek dan sekarang yang jadi bahan ledekan adalah model rambut Chesta. Lisa ingin sekali bergabung namun ia juga tak mau meninggalkan Vita dan Arleta. Melihat hal itu Arleta memilih pergi meninggalkan kantin dan Chesta menyadari kepergian Arleta ia mengikuti arah kemana dia pergi. Hingga akhirnya sampai di taman sekolah sepertinya Arleta menyadari keberadaan Chesta.
"Kenapa lo ngikutin gue?" tanya Arleta berbalik menatap Chesta.
"Gue, gue mau minta maaf."
"Buat apa?"
"Buat...semuanya." sebenarnya Chesta sendiri sedikit bingung harus meminta maaf untuk apa, yang dia ingat hanya Arleta terlihat marah saat tahu kalau Chesta sudah pernah pacaran dengan Arvad.
"Gue nggak marah sama lo." Kata Arleta ketus.
"Terus kenapa lo terlihat ketus dan selalu menghindar?" tanya Chesta bingung.
"Gue kecewa karena gue percaya sama orang yang udah bohong sama gue." Kali ini Arleta terlihat marah. Chesta berusaha untuk tak terpancing dan duduk di tempat duduk dekat Arleta. ia menghela nafas berusaha untuk memulai percakapan lagi. Ia teringat bagaimana ia pertama kali bertemu Arleta, saat pagi itu benar-benar tak akan mungkin dia tidak terlambat. Tapi Arleta dengan tiba-tiba datang dan memberi tumpangan, padahal mereka tak saling kenal bahkan mereka tak berkenalan. Hingga bayangan bagaimana Arleta datang menyelamatkan nyawanya dari kejaran Kay, jika saat itu dia tak datang mungkin sekarang dia tak bisa duduk disini sekarang. Dan bayangan tentang kisah hidup yang pernah Arleta ceritakan itu cukup menyedihkan membayangkan saja membuat Chesta ngeri apalagi jika mengalaminya. Arleta adalah sosok yang kuat dan pantas mendapatkan apa yang dia inginkan sekarang.
"Arvad adalah orang yang baik dan menyenangkan, gue sama dia pacaran udah dari kelas x tanpa sepengetahuan yang lainnya. Gue pikir ini akan berjalan lancar tapi ternyata gue udah nggak kuat sama dia sebelum ketahuan gue memutuskan buat bubaran aja." Chesta mulai bercerita. Arleta hanya diam berusaha untuk menahan emosinya.
"Awalnya gue kira nggak bakalan bisa hidup tanpa dia, karena menurut gue nggak ada cowok yang lebih baik daripada dia. Mana mungkin ada cowok se populer dia suka sama orang kaya gue. Berat buat lupain dia, tapi sekarang gue udah biasa tanpa dia. Bahkan gue rela kalau seandainya dia sama orang lain. Dan gue makin seneng lagi kalau dia sama lo Ta." Arleta sedikit terkejut dengan ucapan Chesta barusan.
"Maksud lo?" tanya Arleta bingung.
"Iya maksud gue kalau lo beneran suka sama dia, gue bakalan dukung banget." Kata Chesta tersenyum.
"Apa lo serius? Tapi gimana dengan hati lo? Lo nggak perlu bohongin gue dengan bilang udah ikhlas." Kali ini Arleta sedikit menegang.
"Gue serius, seratus persen serius." Kata Chesta dan Arleta tak begitu percaya. "Iya karena gue udah suka sama cowok lain." Kali ini ucapan Chesta membuat Arleta mereda.
"Siapa cowok itu?"
"Gafi." Entah kenapa justru nama itu yang keluar dari mulut Chesta.
"Apa lo yakin lo suka sama dia?"
"Iya, lagian dia juga baik ya meskipun sedikit menyebalkan tapi justru itu yang bikin gue suka."
"Sebenarnya gue mau mundur karena sahabat gue adalah mantan pacar cowok yang gue suka, dan gue lihat Arvad masih suka lihatin lo." Hati Chesta seperti tak tenang mendengar itu. Apa benar Arvad masih memiliki perasaan itu, tapi beberapa waktu lalu ia sering melihat Arleta dan Arvad jalan bersama. "Gue seneng kalau lo udah bisa move on." Kata Arleta tersenyum.
"Hehehe...sekarang lo mesti nunjukin perasaan lo Ta." Dan Arleta mengangguk. "Apa ini tandanya kita sahabatan lagi?" hanya di jawab dengan anggukan dan senyuman. Sedikit hatinya lega mendengar kata persahabatan kembali, dan untuk masalah perasaanya pada Arvad sebaiknya ia sisihkan karena sekarang mereka juga sudah putus.
"Bagus lah kalau kalian udah baikan." Kata Seseorang mengaggetkan.
"Ga..gafi." Chesta sedikit terkejut melihat Gafi yang muncul tiba-tiba. Arleta hanya tersenyum.
"Harusnya lo seneng karena orang yang lo taksir ada di hadapan lo sekarang." Kalimat itu membuatnya tercekat, itu berarti Gafi sudah mendengar semuanya.
"Iya gue seneng, seneng nampol lo. Sini lo dasar tukang nguping." Teriak Chesta dan Gafi bersiap lari, seperti anak kecil yang sedang bermain kejar-kejaran. Arleta hanya tertawa melihat tingkah konyol Gafi. Teryata orang cuek dan galak kaya dia bisa konyol juga ya. Batinnya. Semenjak hari itu mereka terlihat dekat.
Terimakasi sudah mau-maunya baca sampai sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...