Mereka menghabiskan waktu bersama sekarang dan belajar bersama, seperti saat ini mereka sedang belajar bersama di rumah Lisa. Tak begitu kesulitan sebenarnya karena mereka juga termasuk pandai. Setiap dari mereka memiliki kekurangan masing-masing, seperti Lisa yang tak bisa mata pelajaran bahasa Indonesia. Vita yang kesulitan memahami Sejarah, Ina punya penyakit yang-ingin-mati-jika-melihat-soal-geografi. Arleta sebenarnya sulit memahami soal seperti kimia. Tapi mereka memiliki kesamaan yaitu lemah di fisika. Dan kali ini mereka memiliki PR di setiap mata pelajaran.
"Argg..kenapa ya susah banget nih soal." Gerutu Lisa melihat soal bahasa Indonesia.
"Alah ini mah gampang Cuma masalah majas, diksi gini mah." Vita melirik sedikit beberapa nomor yang dilingkari.
"Loe msih mending Lis begitu doang, lah gue rasanya pengen mati aja ngelihat nih soal apa sih nih topografi nggak jelas. Fotografi sih gue ngerti." Kali ini Ina yang mengeluh.
"Yak elah kalian payah banget sih soal begituan mah tinggal jentikin jari doang." Vita meremehkan.
"Jangan remehin. Coba gue lihat punya loe." Ina melihat soal Sejarah yang menjadi PR. "Lihat Ches, sok remehin orang dia sendiri aja apa coba masa semua nomor dilingkarin gini." Ledek Ina sambil tertawa. Chesta dan Arleta yang melihat buku sejarah Vita tertawa melihat semua nomor dilingkari.
"Ah, jangan pada ketawa. Ini tuh logis ya pertanda kalau gue tuh orangnya nggak terjebak masa lalu." Bantah Vita.
"Hahaha...padahal sebenarnya nggak bisa move on." Kala Lisa sambil tertawa membuat mereka menatap Lisa penuh tanya. Maksud dari move itu. Karena selama ini Vita tak pernah cerita tentang orang yang disukai kecuali kakak kelas yang sekarang sudah lulus.
"Hah, apaan sih loe Lis mulut loe perlu banyak cemilan deh kayaknya." Kata Vita sambil menyumpal keripik singkong cukup banyak ke mulut Lisa.
"Haa..Vita diem." Lisa mengelak tapi mereka menjadi terlihat konyol membuat Ina dan yang lainnya tertawa. Setelah lepas dari cengkraman Vita, Lisa memburunya dan berniat membalas perbuatan Vita.
"Ar, Ches kayaknya gue harus bertindak deh." Kata Ina tersenyum lalu pergi. Maksudnya bertindak adalah melerai mereka. Bukannya melerai malah terjadi sedikit keributan di ruang lainnya. Kini hanya ada Chesta dan Arleta yang masih duduk di ruang depan, Chesta masih tertawa begitu juga dengan Arleta.
"Eh, gue seneng lihat loe ketawa." Kata Chesta.
"Hem, apa kalian selalu begini?" tanya Arleta. Dan Chesta mengangguk.
"Apa kalian selalu barengan?" tanyanya lagi dan Chesta masih mengangguk. "Kalian nggak punya pacar gitu?" kali ini Chesta menoleh.
"Hem, kita belom sih." Jawab Chesta tersenyum. "Eh, kalau loe gimana?" tanya Chesta ingin tahu. Arleta hanya terdiam, lalu mulai menjawab dengan menggelengkan kepala.
"Kalau gebetan, atau orang yang loe suka?" tanya Chesta penasaran. Cukup lama Arleta diam.
"Ada."
"Siapa? Dia satu sekolah sama kita nggak? Atau gue kenal sama dia? Atau dia sekelas sama kita? Atau dari masa lalu loe?" cerocos Chesta.
"Hahaha...pertanyaan loe banyak banget." Arleta tertawa dan Chesta hanya tersenyum kesal karena dia sangat ingin tahu. Vita, Ina dan Lisa sudah kembali dengan wajah yang kusut dan juga mereka tertawa.
"Ches, Vita masih suka sama kakak kelas masa." Kata Ina sambil tertawa. Vita memukul Ina membuat Ina diam.
"Hahaha udah-udah yuk kerjain. Gimana kalau kita bagi tugas aja." ajak Chesta.
"Ide bagus tuh. Ches loe kimia, Vit loe bahasa Indonesia, Lis loe Geografi, Ar loe matematika, dan gue Sejarah." Lalu semua setuju dan mengerjakan sesuai kemampuan mereka. hingga sore mereka baru menyelesaikan semua PR mereka. Kini mereka berbaring kelelahan di ruangan itu, dengan buku yang berserakan dan sisa makanan di atas meja.
"Rasanya gue mau mati." Kata Ina.
"Mati mulu loe pikirin." Vita lemas.
"Iya, pikirin tuh Fisika belum selesai."
"Ar, loe bisa fisika nggak?" tanya Chesta.
"Nggak." Sahut Arleta sambil bangun dan meminum air di gelas yang tinggal sedikit.
"Kalau mau lagi ambil sendiri Ar di dapur, deket kok." Lisa melihat gelas kosong di tangan Arleta.
"Iya nggak perlu naik angkot." Seru Vita.
"Ha,,gue ada ide." Ina terbangun dari pembaringannya membuat yang lainnya terkejut.
"Kampret loe bikin kaget aja." kata Vita sambil melempar penghapus di dekatnya. Ina hanya memandang penuh senyum ke arah Chesta, hal itu di sadari oleh Vita dan Lisa yang juga ikut memandang dengan senyum. Chesta mengerti apa yang dimaksud.
"Ogah ah, males gue kesana. Nggak mau." Chesta angkat bicara menjawab pandangan penuh arti mereka, Arleta bingung menatap orang-orang di hadapannya.
"Ayolah Ches, demi kita oke."
"Iya Ches, Pasti dia juga nggak masalah kok. Dia kan suka sama loe tuh."
"Maksudnya apa ngomong gitu, gue nggak mau manfaatin orang ya."
"Terus selama ini loe ngapain?" Ina menyerigai. Chesta hanya menghembuskan nafas kesal.
"Ada apa sih sebenarnya?" tanya Arleta yang tak tahu apa-apa.
"Loe nggak tahu ya Ar selama ini kan Chesta kalau kesulitan ngerjain fisika larinya ke Rian."
"Oh, jadi gitu. Udah Chest turutin aja kali." Sahut Arleta sambil pergi ke dapur.
"Hei, Ar kok loe ngikutin saran mereka sih." Kata Chesta kesal dan hanya membuat yang lainnya tertawa. Bukannya Chesta tak mau untuk meminta bantuan pada Rian tapi sepertinya Chesta merasa selalu merepotkan saja. Datang hanya untuk meminta bantuan saja dan itu terlihat seperti memanfaatkan memang tapi sebenarnya selain membahas pelajaran Chesta tak tahu harus membahas apa. Meskipun dari kelas X mereka saling kenal jujur Chesta tak begitu memahami Rian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Novela JuvenilTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...