Keputusan Yang Pahit

999 24 0
                                    

Beberapa hari yang lalu Arvad datang kerumah Chesta tapi hanya bisa bertemu dengan adiknya saja. Lalu hari ini Ia juga masih bersembunyi dikamar sampai Arvad pergi dar rumahnya.

"Sampai kapan kakak mau sembunyi terus?" Tanya Vira sambil membuka pintu kamar Chesta. Sementara itu yang ditanya hanya diam tanpa bergeming sedikitpun.

"Sebenarnya kalian ini kenapa? Kalau ada masalah jangan menghindar kak." Chesta masih diam.

"Aku nggak mau bohong lagi." Katanya sambil pergi meninggalkan kamar. Selama Arvad datang Chesta selalu meminta adiknya untuk berbohong dengan berbagai alasan.

Kali ini dia sudah memutuskan sesuatu, ia tak mau berbohong lagi dan tak mau menghindar lagi ia akan mengetakan yang sebenarnya.

Setelah menerima rapot hari ini adalah hari terakhir masuk sekolah, semua murid terlihat senang kecuali bagi yang nilainya sangat buruk pasti akan jadi liburan yang buruk. Chesta akan mengatakannya semuanya hari ini. Setelah pamit untuk pergi dari teman-temannya ia berjalan menuju rooftop. Ternyata Arvad sudah menunggunya disana dia duduk dengan kertas dan pensil di tangannya. Sepertinya ia sudah lama di sana terlihat air mineral yang diletakkan di dekat tasnya sudah hampir habis. Chesta mendekatinya perlahan, meskipun ada rasa keraguan tapi juga ada rasa sesak di dadanya yang sulit untuk di keluarkan. Arvad menyadari ada seseorang yang datang dan ia mengalihkan pandangannya ke arah orang tersebut. Senang melihat sosok yang selama ini membuatnya merasakan rindu yang mendalam. Ia tersenyum dan berniat untuk menghampirinya.

"Arvad, maafin gue selama ini menghindar dari lo." Terlihat raut wajahnya berbeda.

"Iya nggak apa-apa yang penting lo baik-baik aja. Dan kita bisa ketemu disini lagi gue seneng banget, gue kangen sama loe Ches." Arvad tersenyum.

"Gue juga minta maaf karena selama ini selalu bikin loe kesel." Kata-kata itu seolah membuat pikiran Arvad bingung dan tak tahu arah pembicaraan ini tapi dia takut akan sesuatu.

"Gue seneng kita bisa bareng-bareng, ketawa, sedih, jalan-jalan dan sembunyi."

"Maksud loe apa ngomong gitu?" tanya Arvad karena merasa ucapan Chesta semakin ngelantur.

"Udah gue putusin, lebih baik kita putus." Kata yang sulit untuk Chesta sendiri keluarkan.

"Kenapa? Kenapa tiba-tiba loe berubah? Apa ini karena Rian?" Arvad hampir tak percaya mendengar kata putus itu terucap. Memang selama ini mereka sering berdebat dan menggunakan ata putus untuk membuat mereka baikan lagi tapi kali ini suasananya berbeda. Ekspresi serius Chesta membuat Arvad tak percaya kata itu keluar lagi.

"Ini bukan soal Rian, ini tentang kita. Gue udah capek terus-terusan jalanin ini kalau ini yang terbaik kenapa nggak." Chesta sedikit berteriak. "Lagi pula gue udah nggak suka sama loe, perasaan itu sudah nggak ada." Lanjutnya lalu berbalik beranjak pergi.

Kertas gambar Arvad terjatuh seketika ia merasa tak berdaya mendengarnya. Ia berpikir akan sesuatu tentang malam itu apakah Chesta melihat kejadian itu, apa dia ada disana, kenapa ia tak menyadari kediaman Chesta selama ini. Kali ini ia merasa sangat bodoh tak menyadari itu.

Arvad meraih tangan Chesta yang hendak pergi. "Malam itu, kalau loe ada di sana itu nggak seperti yang loe liat gue sama Agnes nggak ada apa-apa. Gue juga nggak nyangka dia bisa ada disana, gue nungguin loe disana." Chesta masih terdiam dan perlaham melepaskan tangan Arvad, meskipun berusaha untuk menggenggamnya tapi pegangan itu lepas juga. Lalu Chesta pergi meninggalkannya sendirian.

Arvad kembali mengambil kertas dan pensil duduk kembali ke tempatnya berusaha untuk melanjutkan gambarnya tapi ini percuma. Kekesalannya membuat tangannya menghancurkan gambar itu dan membuangnya kelantai, menendang botol air mineral hingga jatuh ke bawah rooftop.

Apa ini? Kenapa ini terjadi? Hal yang paling nggak gue inginkan. Gue nggak bisa terima ini karena gue sayang sama loe.

Arvad terus menggerutu dalam hati merasa ini tak seperti yang dia inginkan. Tak pernah sedikitpun kejadian ini terjadi. Selama ini Ia merasa semua akan baik-baik saja, bahkan sebelum malam itu semuanya masih baik-baik saja. Kali ini dia yakin ini semua karena kejadian malam itu.

"Gue pikir loe kesini karena kangen ternyata loe malah ngomong hal bodoh yang Cuma bikin hati gue sakit. Kalau ini bercanda, sama sekali ini nggak lucu." Katanya sambil duduk di lantai.

Air mata Chesta terus mengalir mengingat apa yang dia katakan pada Arvad tadi. Keputusan yang dia ambil kenapa sekarang ia seperti menyesalinya. Kekuatan apa yang dimiliki Arvad sampai ia sulit untuk mengatakan putus dan saat sudah mengatakannya justru Ia yang menyesalinya.

"Maafin gue, tapi ini yang terbaik." Katanya sambil tidur tengkurap ditutupi bantal. Malam itu memang Chesta datang untuk menemui Arvad tapi apa yang ia dapat. Agnes datang menemui Arvad dan ia mendengar Arvad mengatakan kalau ia sudah menunggunya. Dan kejutan yang membuat Chesta sakit lagi Agnes mencium pipi Arvad tanpa sedikitpun Arvad melawan. Tak kuasa melihat itu semua ia segera pergi meninggalkan mereka, berkali-kali ia melihat mereka berdua bersama. Baginya sekarang sudah cukup, rasa sakit itu sudah cukup tak mau ia rasakan lagi.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang