Ancaman

806 15 0
                                    

Semua orang di sekolahan mulai membicarakan Chesta dan Gafi yang berangkat bersama. Beberapa menduga kalau mereka telah berpacaran. Namun banyak yang mengira kalau Chesta yang berusaha mendekati Gafi. Karena semua orang tahu kalau Gafi dan teman-temannya terlihat sangat dingin, hanya Eno saja yang ramah dengan semua orang apalagi semua orang itu perempuan. Kecuali perempuan yang terlihat pandai.

Agnes mendekati meja makan Chesta dan teman-temannya dengan tatapan sinis. Vita dan yang lainnya yang dari tadi bercanda terhenti seketika saat menyadari keberadaan Agnes disana. Ia menatap Chesta dengan sinis, beberapa orang memilih tak menghiraukan mereka dan tak mau perduli apa yang di lakukan Agnes.

"Jadi loe udah mulai berani ya, deketin Gafi. Salah satu cowok populer di sekolahan ini." Ia mulai berkata membuat Vita dan Lisa menelan ludah ngeri. Ina menatap tajam dengan penuh tanya apa maksud sikap Agnes ini.

"Hebat juga ya kalian, orang-orang yang nggak di anggep sama sekali dan bisa sekelas dengan mereka dan loe dengan gampangnya deketin mereka." Katanya sedikit berteriak. "Gue tahu maksud loe, biar loe bisa di bilang populer juga ya." Kini tatapannya tajam menjurus pada Chesta.

"Gue harap loe nggak terlalu jauh dekat sama mereka, atau..." ucapan Agnes terpotong oleh suara gebrakan meja. Semua menatap ke arah Ina, begitu juga Agnes yang terlihat semakin kesal dengan sikap Ina yang selalu sok berani. Memang Ina yang paling berani dengannya di antara mereka.

"Atau apa hah?" tanya Ina kasar. Segera Lisa berdiri dan menenangkan Ina yang terlihat marah. Matanya masih memandang Agnes tajam dan begitu juga Agnes yang tak terima dengan sikap Ina. Bel masuk membuat suasana kantin yang diam berumah ribut kembali, semua siswa menuju ke kelas masing-masing namun mereka masih ada di sana.

"Terus loe mau apa?" Tanya Ina lagi dengan nada menantang.

"Apapun bisa gue lakuin, nggak kaya loe yang pengecut." Kata Agnes santai. Chesta berusaha menarik tangan Ina namun Ia tetap bersikeras tak mau pergi. Seseorang datang dengan tatapan lebih tajam dari mereka. Pak Hamdan Guru BP datang, entah siapa yang memanggilnya atau kebetulan dia lewat. Mereka menunduk saat tahu guru BP datang dan mengikuti perintahnya untuk menuju ruang BP.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang