Pencarian Pelaku

728 13 0
                                    

Dengan jarak yang cukup jauh dari meja Yoga, masih di kantin. Mereka melahap makanan dengan santai kecuali Chesta, Ina dan Arleta. Bahakan Chesta tak menyentuh makananya dan hanya melamun memikirkan nasib Arvad.

"Ches, loe kenapa sih? Kalian berdua juga." Kata Lisa heran.

"Hem, nggak apa-apa." Jawab Arleta dan Ina lalu kembali makan.

"loe denger gosip nggak, Yoga ngancurin ruang penyimpanan piala." Vita memulai pembicaraan.

"Mana mungkin Yoga ngerusak apalagi itu piala sebagian dari hasil tim basket." Ina tak terima.

"Kenapa loe yang nyolot."

"Ya gue nggak mau ngomong sembarangan kalau nggak ada bukti, itu bisa jadi fitnah." Jawab Ina dengan wajah bingung.

"Udah jelas-jelas pas kejadian mereka disana." Kata Vita membuat Ina bungkam. "Dan mereka bakal di keluarin dari sekolah kalau nggak nemuin bukti kalau mereka bukan pelakunya.

Chesta dan Arleta tak ikut bicara mereka hanya diam memperhatikan, terutama Chesta yang hanya bisa tertunduk memikirkan sesuatu. Ia juga mendengar percakapan beberapa orang di kantin dan juga kelasnya. Sepertinya berita tentang Yoga dan teman-temannya sudah menjadi perbincangan yang hangat dan menyebar ke seluruh sekolah. Kali ini Chesta hanya bisa tertunduk, ia bingung harus berbuat apa.

Arvad terus memikirkan siapa pelaku yang sudah membuat ruangan dan beberapa piala hancur. Mereka sudah mencari informasi dan menyelidiki ke beberapa tempat tapi tak ada yang janggal. Eno hanya memikirkan fans nya dan kata yang tepat agar orangtuanya mau menerima alasan dari perbuatan yang tidak dia perbuat sama sekali. Yoga berusaha meyakinkan Ina bahwa dirinya tak bersalah. Gafi mengingat sosok yang terlihat bersama Arvad sebelum mereka datang dan pergi karena ia merasa familiar dengan bayangan itu.

"Coba loe hubungi lagi nomor yang kemarin." Tiba-tiba Arvad bersuara, membuat Eno sedikit terkejut.

"Hem, nggak aktif." Kata Yoga setelah mencoba menghubungi nomor itu.

"Vad, loe kemarin sama siapa?" Tanya Gafi. Membuat Arvad termangu mencoba mencari jawaban yang masuk akal.

"Hah, sama siapa emangnya?"

"Gue kaya ngelihat loe sama orang tapi nggak jelas karena gelap."

"Perasaan loe aja kali, gue sendirian aja kok." Gafi masih memandangnya penuh tanya. "Jadi gini gue nyari hp ke kantin, kelas dan termasuk lapangan basket. Nah pas disana tuh denger suara ribut di deket ruangan itu dan gue samperin udah kaya begitu." Jelas Arvad membuat mereka mengangguk tapi Gafi masih tak begitu yakin.

Eno mencoba menanyakan ke sekitar sekolah atau penjaga kantin yang Ia temui tapi hasilnya nihil mereka tak melihat seseorang yang masuk ke sekolahan. Beberapa mengatakan tak ada di tempat saat kejadian atau sebelum kejadian. Yoga menanyakan kepada ketua osis yang sempat berdebat dengannya masalah ruangan itu dan pernah berkelahi karena berebut ruangan. Ia berpikir mungkin saja ketua osis ingin balas dendam karena kalah untuk memakai ruangan itu. Arvad megawasi gerak gerik Kay, orang pertama yang ada di benaknya hanyalah Kay entah kenapa tapi pikiran dan hatinya terus menuju orang itu.

Sementara Gafi mengawasi guru yang rumahnya dekat dengan sekolahan. Karena guru itu sempat ingin mengeluarkan Gafi dari sekolahan, karena sikap Gafi yang selalu tak perduli pada mata pelajarannya waktu kelas X. Tapi tak ada yang mencurigakan. Ia hanya terpikir tentang sosok itu dan juga Handphone Arvad yang di beri pasword sulit untuk di tebak. Seperti ada yang di sembunyikan oleh temannya.

Sampai malam tiba mereka berkumpul di rumah Eno untuk membicarakan apa yang mereka temui hari ini atau ide yang bagus untuk menghindari di keluarkan dari sekolahan. Mereka datang dengan wajah yang sangat suntuk dan tak bersemangat.

"Gimana?" tanya Yoga. Eno hanya menggeleng lesu, Arvad mengusap wajahnya sementara Gafi mengacak-acak rambutnya.

"Oke, gue tahu itu tandanya kita nggak dapet apa-apa." Mereka masih terdiam tak menanggapi. "Gue nggak masalah lah kalau di keluarin, toh kita juga nggak dapet bukti apa-apa." Kali ini terlihat Yoga menyerah.

"Itu kaya bukan Yoga temen gue." Sahut Arvad.

"Ya, mau gimana lagi kita udah nanya nyari dan sampai ngikutin kandidat kita siapa aja tapi nggak ada hasilnya bahkan mereka nggak kelihatan mencurigakan."

"Coba gue bisa balik ke jam dimana gue belum kesana atau gue bisa ngerekam siapa pelakunya." Gerutu Eno membuat mereka memandang Eno. Gafi tersenyum begitu juga dengan Arvad dan Yoga segera berdiri, mereka berjalan meninggalkan Eno yang masih duduk di sofa.

"Woi, pada mau kemana sih?" teriak Eno bingung dan segera berlari mendekati mereka. berkali-kali mereka bertanya tapi tak ada jawaban terpaksa Eno hanya mengikuti mereka.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang