Ketakutan

821 16 0
                                    


Setelah beberapa pertandingan di lalui akhirnya sampai pada babak final, seperti biasa SMA 1 dan SMA 3 selalu menjadi rival. Mereka telah sampai pada babak ini dan mereka akan berjuang untuk saling mengalahkan. Meskipun kejuaraan sebelumnya telah di menangkan SMA 3 tapi kejuaraan kaii bisa saja berubah menjadi kemenangan bagi SMA 1. Arvad berusaha untuk fokus pada pertandingan tapi sulit baginya untuk tak memikirkan Chesta apalagi sekarang dia tak ada di barisan kursi penonton. Kali ini ada ataupun tidak ada Chesta ia harus benar-benar fokus karena ini mempertaruhkan nama sekolah. Dan kali ini lawannya adalah Kay, orang yang dulu adalah temannya.

"Vad, fokus dong loe dari tadi loe kena mulu bisa-bisa loe cedera." Seru Yoga yang melihat Arvad seolah melamun dan tadi sempat berkali-kali terjatuh karena lawannya yang mendorongnya. Gafi mendrible bola menuju dan mengoper pada Yoga sementara Arvad sedang tidak bebas sekarang karena Kay menghalangi langkahnya.

"Kenapa loe, kaya bukan Arvad yang gue kenal?" kata Kay sinis. "Apa karena cewek loe nggak ada di sini? Oh ya gue lupa kalian kan udah putus." Lanjutnya kini tersenyum sinis dan merebut bola yang di oper ke arah Arvad oleh Yoga. Sekarang Kay berhasil mencetak angka, membuat Gafi kesal bahkan Yoga juga ikut kesal.

"Loe tuh kenapa sih? Apa karena Kay dulu temen kita terus loe ngasih bola gitu aja ke dia?" Yoga mulai marah. Lalu kembali memposisikan dirinya. Arvad tak bisa percaya kenapa Kay bisa tahu kalau mereka putus atau dia tahu dari Chesta sendiri atau apa, ucapan tadi membuatnya semakin sulit untuk fokus. Ia melihat barisan penonton yang bersorak pada tim mereka memberi semangat, dan Chesta masih belum ada di sana begitupun teman-temannya. Jika Chesta membenci dirinya setidaknya dia harus menonton untuk mendukung tim sekolahnya atau mendukung Kay jika memang Kay yang dia pilih sekarang.

"Arrgghhh...." teriak Arvad saat Gafi memukul kepalanya cukup keras, sebenarnya itu tak begitu menyakitkan hanya saja cukup mengagetkan.

"Lupain masalah loe sekarang karena sekarang kita sedang tanding." Bentak Gafi. Dan Arvad seolah tersadar.

Ada atau tak ada kamu, aku akan tetap melakukan yang terbaik. Semoga kau masih mendukungku dari jauh. Dan setidaknya aku masih berusaha.

Arvad terus memotivasi dirinya sendiri dan berlari kembali fokus menyusun strategi penyerangan. Mellihat sikap Arvad yang berubah membuat Gafi berdecak dan Yoga sedikit senang. Sementara Eno tak perduli yang terpenting dia terlihat keren di hadapan siswi yang menonton.

Chesta berlari menuju tempat pertandingan sore itu namun sepertinya ia terlambat. Terlihat sekeliling sudah sepi hanya ada beberapa Siswa dan guru yang masih disana. Kemudian ia melihat Ina yang berjalan dari dalam lapangan basket.

"Apa pertandingannya udah selesai?" tanya Chesta.

"Udah dari tadi Ches, loe telat." Jawab Ina membuat Chesta kecewa.

"Gimana hasilnya?"

"sama kaya tahun lalu, kita menang." Kali ini cukup mengobati rasa kecewa Chesta. Karena sudah tak ada hal yang bisa di lakukan lagi Chesta memilih pulang bersama Ina. Belum sempat berjalan menjauhi gerbang seseorang memanggilnya.

"Chesta." Merasa namanya dipanggil Chesta segera menoleh begitu juga dengan Ina. Raut heran terlihat di wajah Chesta.

"Kay." Sapanya.

"Loe tadi nonton?" tanya Kay tersenyum.

"Gue baru dateng udah selesai." Sahutnya.

"Ches, kalau gitu gue duluan ya." Kata Ina merasa mereka akan mengobrol cukup lama.

"Eh, jangan gue mau pulang bareng."

"Udah loe bareng gue aja." ajak Kay.

"Tapi gue mau pulang sama Ina."

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang