Lamunannya terpecah saat suara handphone miliknya berbunyi. Oh itu telfon dari Arvad, Chesta terdiam sejenak bingung untuk menjawab apa ia tak mau lagi berhubungan dengan Arvad. Karena takut hatinya terluka lagi, sadar atau tidak dekat dengan Arvad hanya membuatnya berharap dan kecewa. Sudah berapa kali handphone nya berdering membuatnya jengkel, dan mengangkat telfon itu.
"Hai." Sapa Arvad.
"Hem.."
"Udah tidur?"
"Iya."
"Kok bisa angkat telfon?"
"Berisik."
"Udah baca bukunya?"
"Nggak ngerti."
"Oh,, harusnya tadi gue nyatet ya bukan gambar." Chesta tak bergeming. "Loe udah tidur lagi?" masih tak ada jawaban. "Oke gue Cuma mau bilang selamat tidur." Hampir saja Chesta mematikan telfonnya tapi Arvad mulai bersuara lagi. "Sebenarnya gue mau nanya, kenapa loe kasih minuman yang gue kasih buat loe ke Gafi? Apa loe udah nggak mau sesuatu dari gue lagi? Ches, loe udah tidur? Oke kalau gitu Sorry buat gangguannya. Gue pengen ngobrol banyak sama loe, gue pengen ngelarin masalah kita karena menurut gue ini masih belum kelar. Gue kangen sama loe Ches." Kata terakhir terdengar sedikit pelan. Air mata Chesta menetes tanpa ia sadari, ada rasa sesak di hatinya.
"Kita udah selesai Vad." Untuk mengucap itu ia harus menguatkan dirinya terlebih dahulu. Dan kata itu membuat Arvad terkejut, ia tahu kalau Chesta menyatakan putus. Ia pikir itu hanya masalah waktu permasalahan mereka bisa di selesaikan tapi kali ini apa kali ini benar-benar harus selesai. Arvad menutup telfonnya dan menjatuhjan diri di kasur.
Mengingat kata-kata Chesta bahwa mereka sudah selesai. Apa ini kenapa hati Arvad rasanya sakit mendengarnya, ia berharap ini Cuma mimpi. Mimpi buruk yang tak akan pernah menjadi kenyataan. Seseorang yang ia sayangi yang selalu menjadi tempatnya bersembunyi saat sedih, marah, bingung dan saat terkena masalah. Kini sudah tak ada lagi dia sudah mengatakan selesai.
Sebelum menyatakan putus Chesta sudah memikirkannya, pasti ia akan dilanda rindu, rasa sakit dan tak ada lagi tempat dimana ia bisa pergi kemanapun bersama orang itu. Tapi ia berpikir ini hanya masalah waktu ia pasti bisa menjalani semuanya seperti dulu lagi sebelum mengenal Arvad. Apalagi teman-temannya yang selalu ada buat dia, teman tempat berkumpul bersama dan bercanda. Pasti ia bisa melupakan Arvad. Tapi sepertinya tak semudah yang ia pikirkan apalagi sekarang mereka satu kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...