"Hei guys, barusan gue liat Arvad sama Agnes. Kayaknya mereka jadian nih gimana kalau lo rayain bareng kita." Serunya membuat Arvad semakin kesal dan pergi meninggalkan mereka semua tanpa sepatah katapun. Roni sedikit bingung dengan sikap Arvad yang ada dipikirannya hanya mungkin Arvad malu mengakui hubungannya dengan Agnes.
"Ron, lo bohong ya?" tanya salah seorang temannya.
"Gue serius gue ngeliat mereka ciuman, ya walaupun Cuma di pipi sih karena nggak mau ganggu gue pergi aja." Jawab Roni. Gafi segera memukul kepala Roni dengan keras.
"Arrgh...kenapa lo bro?" roni kesakitan.
"Dasar tukang gosip." Sahutnya lalu pergi. Semua orang mulai membicarakan antara Agnes dan Arvad. Mereka menyimpulkan kalau Arvad dan Agnes memang memiliki hubungan yang khusus.
Ina yang baru masuk ke tenda terkejut melihat Chesta yang tidur tengkurap dengan kepala tertutup.
"Kenapa lo Ches, sakit?" Tanya Ina khawatir.
"Hem,,gue. Iya sedikit pusing butuh tidur." Kata Chesta pelan.
"Ini di gue bawa obat minum dulu biar enakan." Ina segera mengambil tasnya dan memberikan obat ke Chesta. Ina membetulkan posisi duduknya.
"Taroh aja obatnya disitu, lo balik ke sana aja gue nggak apa-apa kok." Chesta merasa tak mau Ina menemaninya.
"Gue nemenin aja Ches, lo kan lagi sakit." Ina masih khawatir karena sikap Chesta yang tiba-tiba seolah menyuruhnya pergi.
"Gue lagi pengen sendiri na." Kata Chesta pelan membuat Ina merasa harus pergi.
"Ya udah, gue balik dulu ya jangan lupa diminum obatnya." Kata Ina sedikit cemas. "Jangan tidur kaya gitu nanti malah dada loe sesek." Lanjutnya melihat Chesta tengkurap. Ina beranjak pergi dari tempat itu.
"Dada gue emang udah sesak." Katanya pelan seolah itu tak didengar oleh Ina tapi Ina masih bisa mendengarnya. Ia pergi menuju teman-temannya ingin sekali mengatakan pada yang lainnya tentang keadaan Chesta tapi ia tak mau membuat yang lainnya jadi kawatir. ketua osis membuat games kebersamaan sampai semuanya larut dalam keceriaan tapi tidak dengan Ina yang memikirkan keadaan Chesta dan Juga Arvad yang merasa Chesta tak ada dalam kerumunan. Juga Agnes yang merasa patah hati karena penolakan tadi sampai ia tak berani kelur bersama yang lainnya. Arvad yang tak melihat Chesta memilih untuk keluar dari games itu dan memilih untuk tidur. Permainan terus berlanjut sampai larut dan mereka kembali ke tenda masing-masing. Ina melihat obat yang ada di samping Chesta tidur masih ada dan belum diminum. Ia meletakkan tangannya di dahi Chesta takut terjadi sesuatu.
"Hei, kenapa lo megang dahinya?" Tanya Vita.
"Apa dia sakit?"Lisa juga penasaran.
"Tadi dia bilang sedikit pusing, gue kasih obat nggak diminum tapi kayaknya badannya nggak terlalu panas."
"Jadi Chesta sakit dan lo malah diem aja nggak bilang ama kita."
"Sssttt... nanti dia bangun." Ina meletakkan jarinya di bibirnya.
"Chesta sakit dan kita malah ikutan games." Kata Lisa kesal, ucapan mereka membuat Chesta terbangun.
"Oh, kalian udah balik. Gue yang nyuruh Ina pergi jadijangan salahin dia. Gue lagi pengen sendiri tadi." Kata Chesta membuat semuakeributan berhenti dan mereka kembali ke tempat masing-masing dan melanjutkantidur. Semua siswa telah tidur tapi sebenarnya Chesta tidak bisa tidur Ia masihmemikirkan kejadian tadi yang dilihatnya. Bayangan Arvad terus muncul dikepalanya dadanya terasa sesak. Udara malam membuat suasana semakin sunyi danbegitu dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...