Semalaman Chesta tak bisa tenang memikirkan tulisan di halaman belakang buku itu, bagaimana kalau orang lain mengetahuinya. Selain itu juga ia mengingat Arvad yang memberikan minuman kesukaanya, apa itu tadanya Arvad masih memiliki perasaan terhadapnya.
Pintu di buka perlahan, seseorang masuk ke kamarnya sedikit membuatnya terkejut. Itu Vira adiknya sepertinya ia kesulitan mengerjakan tugas sekolah tapi ternyata dugaan Chesta salah ia datang hanya memberikan sebuah buku.
"Dari Kak Arvad." Nama itu mampu membuat Chesta terdiam. "Aku suruh mampir katanya dia mau ada urusan. Aku suruh kasih sendiri ke kak Chesta katanya buru-buru. Ada pa sih kak? Apa kalian marahan?" Tanya Vira.
"Hem, nggak kok. Apa di tempat latihan dia cuek sama kamu?" tanya Chesta.
"Nggak sih masih sama kaya biasanya. Kenapa kak?"
"Ng-nggak apa-apa." Vira pergi dari kamar setelah mengatakan kalau Arvad baru saja pergi. Chesta berniat untuk keluar tapi ia urungkan niatnya. Ia hanya berani menatap keluar jendela dari kamarnya dan Arvad masih diluar bersiap mengendari motor, tapi itu seperti bukan motor yang biasa ia pakai saat menjemput Chesta.
Arvad mencoba melihat ke jendela kamar, Chesta yang menyadari itu segera merunduk takut ketahuan. Ia kembali melihat isi buku yang diberikan kepadanya. Berisi gambar-gambar, ia tahu ini bukan gambar biasa ini catatan dari pelajaran sosial hari ini. Sebenarnya Chesta sudah tahu cara belajar Arvad berbeda dari orang lain, dia kan mudah menyerap pelajaran saat menggambarnya. Ia jadi teringat tentang hari itu.
Arvad duduk di rooftop sambil membuka buku, Chesta juga sedang belajar disana bersamanya mereka akan mengikuti ulangan tengah semester.
"Serius amat neng." Ledek Arvad sambil mengambil buku catatan milik Chesta.
"Ih, sini balikin gue mau belajar."
"Udah pinter ngapain belajar."
"Biarin daripada loe Cuma liatin gambar-gambar yang acak-acakan nggak jelas."
"Eits...jangan salah ini bukan sekedar gambar. Ini gambar ajaib."
"Gaya loe gambar ajaib gambar abstrak iya."
"Eh, udah berapa bulan pacaran nggak tahu kehebatan gue ya."
"Apaan sih? Nggak jelas."
"Jangan banyak ngomong liatin nih catatan loe sama gambar gue." Chesta mencocokan bukunya dengan milik Arvad.
"Apa ini semacam mind mapping? Atau pohon ingatan?"
"Lebih dari itu."
Chesta hanya mengangguk meskipun ia sadar simbol dan gambar itu terlihat rumit tapi kalau ia pahami itu lebih mudah di hafal daripada sekedar tulisan. Ia sedikit kagum dengan Arvad, ya walaupun hanya sedikit.
"Kenapa? Keren ya?" tanya Arvad yang melihat wajah Chesta menunjukkan rasa takjub.
"Nggak. Gue nggak ngerti bahasa aneh loe, kayaknya Cuma loe yang tahu." Jawabnya sambil kembali melihat serius pada buku catatan. Sikap cuek yang seolah tak perduli itu membuat Arvad gemas dan kadang tak terkendali sampai mengacak-acak rambut Chesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...