Pilihan terakhir

1K 24 0
                                    

Vita ribut membicarakan anak SMA 1 yang mengantarnya pulang kemarin dan akan mengajak jalan hari ini. Begitu juga Lisa ia senang mendapat teman yang juga suka makan, mereka akan wisata kuliner setelah observasi nanti. Chesta hanya diam begitu juga dengan Ina yang sibuk dengan ponselnya.

"Ches, gimana sama lo?" tanya Vita. Chesta bingung harus menjawab apa.

"Hem, gue pulang duluan karena mules." Jawab sekenanya.

"Payah lo Ches, padahal si Kay itu cakep banget lho dan yang gue denger dia itu pinter bahkan dia pernah ikut olimpiade." Kata Vita bersemangat. Ina hanya tersenyum sambil melihat ponselnya. "Hei, ngapain lo senyum senyum?" tanya Vita penansaran.

"Lagi Chat." Katanya singkat.

"Berarti disini yang nggak berhasil Cuma lo doang Ches, payah lo." Kata Vita meledek Chesta hanya tersenyum kesal dan kembali membaca bukunya.

Pulang sekolah mereka akan memilih tempat duduk di bis untuk observasi, Vita tidak ingin mereka satu bis dengan geng Yoga ia menyuruh Chesta dan Ina cepat-cepat mecari tempat duduk. Walaupun Chesta merasa mereka tak akan bisa memilih karena mereka baru tahu saat jam terakhir tadi.

"Sorry ya gue mules jadi kalian yang take in tempat, inget jangan sampai sebis sama mereka." Pesan Vita. Lisa juga sibuk menegejakan tugas di perpustakaan.

"Na, kalau ternyata kita sebis sama mereka gimana?" tanya Chesta.

"Gue harep sih bis lain nggak penuh." Kata Ina. Mereka berjalan menuju pak Husen dan mengatakan jika ingin memilih tempat.

"Tinggal satu bis ini aja." Kata Pak husen. Ina dan Chesta berharap mereka tak satu bis dengan Yoga karena Vita bisa marah jika ini terjadi.

"Ches, mereka di bis ini juga gimana dong." Kata Ina setelah melihat daftar nama di tiap nomor bis itu. Chesta bingung.

"Kalian ini yang terakhir memilih tempat jadi tinggal ini saja." Kata Pak Husen.

"Yah gimana lagi dong, kita terakhir." Kata Ina. "Yaudah pasrah." Jawab Chesta.

"Untung bapak belum pulang coba kalau udah pulang pasti kalian nggak jadi ikut." Kata Pak Husen hanya di balas senyum dan mereka pamit pulang. Sebenarnya Chesta sedikit kesal karena tak bisa memilih tapi dia juga senang karena akan satu bis dengan Arvad.

Gafi yang mengantar Arvad pulang ikut masuk dan merebahkan diri sejenak di kamar Arvad. "Gaf, gimana kalau Yoga sama Eno tahu kalau kita nge-take tempat sebis sama mereka." Kata Arvad sambil berganti baju.

"Udah bilang aja tinggal itu tempatnya." Jawab Gafi singkat, ia sedang asyik membaca komik milik Arvad.

"tumben lo mau bareng mereka." Kata Arvad penasaran. Gafi menghentikan kegiatan membacanya.

"Gue bosen berantem mulu sama mereka ya semoga aja Eno mau damai sama mereka kalau tahu mereka se bis kan seenggaknya jadi tahu sifat masing-masing dan nggak ngejude mereka." Jelas Gafi.

"Berarti perarturan buat nggak pacaran sama cewek pinter itu nggak berlaku dong." Kata Arvad sedikit bersemangat.

"Kalau itu ya nunggu mereka baikan." Kata Gafi membuat Arvad sedikit kecewa. "Eh, kenapa lo tiba-tiba bahas perjanjian kita. Jangan-jangan lo suka ya sama salah satu dari mereka?" tanya Gafi penasaran. Arvad segera merubah raut wajahnya menjadi biasa aja meskipun sulit.

"Nggak gue Cuma aneh aja sama peraturan kaya gitu." Jawab Arvad berusaha tenang. Gafi hanya mengangguk tanda mengerti.

J

Chesta sedang sibuk mengemasi barang-barangnya untuk observasi besok. Tiba-tiba Vira datang kekamarnya. Melihat kakaknya sibuk ia hanya melihat dan duduk di kasur dengan wajah cemberut.

"Kenapa?" Tanya Chesta yang melihat wajah cemberut adiknya.

"Kakak pergi aku sendirian dong." Katanya dengan wajah kesal.

"Hem, kan ada bunda juga." Chesta masih sibuk mengemasi bajunya.

"Tapi bunda sibuk kerja. Oh ya Kak Arvad nggak ikut kan?" tanya Vira berharap.

"Pasti ikut lah, kan ini wajib buat nilai IPA jadi semua kelas IPA harus ikut." Kata Chesta dan berdiri. "Nah selesai." Lanjutnya setelah selesai mengemasi barang-barangnya.

"Kak, pengen main sama Kak Arvad lagi." Katanya merengek. Chesta melirik ke arah adiknya dengan wajah heran.

"Bukannya kemarin udah main seharian sampai kakak bingung nyariin." Katanya kesal. Lalu ia melihat ke ponsel tapi tak ada satupun pesan atau panggilan masuk dari Arvad.

"Kakak kangen juga ya?" Ledek Vira tersenyum.

"Eh, apaan? Eng..enggak."

"Hahaha udah ketahuan kalau kangen masih aja ngelak." Kata Vira beranjak pergi dari kamar Chesta. Ia mencoba mengejar namun pintu segera ditutup. Sebenarnya Chesta juga merasa kangen padahal baru kemarin mereka bertemu tapi rasanya masih ingin bertemu lagi.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang