Berusaha keras sekalipun Chesta tetap tak bisa pindah tempat duduk dan sepertinya memang takdirnya untuk duduk bersama Gafi. Semua perempuan terus memandangnya dengan tatapan aneh hal ini membuat Chesta tak bisa tenang. Baru berangkat bersama Gafi beberapa waktu lalu saja semua fans nya sudah memandangnya seperti itu. Bagaimana jika mereka semua tahu kalau dia dan Arvad pernah berpacaran mungkin rambutnya akan acak-acakan. Atau bisa jadi dia tak selamat sampai rumah. Hari ini Chesta berniat mengembalikan buku catatan milik Arvad di mejanya tapi selalu saja gagal karena. Saat kelas sepi tadi Lisa tiba-tiba muncul ingin mengambil Handphone miliknya yang tertinggal. Lalu Arleta yang mencari Arvad, saat itu hati Chesta ada yang aneh entah apa. Selain itu ia juga ingin tahu kenapa Arleta mencari Arvad ada perlu apa dan belakangan ini mereka terlihat dekat, oh ya mereka kan satu meja. Mungkin karena itu mereka dekat.
Gagal menaruh catatan ke meja Arvad akhirnyaChesta memilih untuk pergi ke kantin menyusul teman-temannya. Dan baru sampai disana Chesta sudah disuruh untuk memesan makanan. Kantin sedikit sepi, geng Yoga juga tak terlihat disana mungkin mereka sibuk latihan basket. Suasana ini membuat Chesta sedikit tenang karena bebas menunggu pesanan tanpa direbut orang. Dan juga bebas dari keusilan Gafi. Ia memandang sekeliling sambil menunggu pesanan.
Agnes dan teman-temannya datang dan duduk di tempat biasa mereka duduk. Ia menyuruh anak kelas X untuk memesankan makanannya tapi entah apa yang membuatnya marah dan memaki siswa tersebut dan membuang makanannya. Beberapa orang tak perduli karena hal itu sudah biasa namun beberapa lagi memilih pura-pura tak melihat karena takut dijadikan sasaran. Tidak cukup hanya membuang makananya tapi dia juga mendorong siswa itu hingga jatuh tersungkur ke tanah. Kali ini membuat beberapa orang tercengang dan memperhatikan mereka, termasuk Chesta. Seketika kantin hening sejenak.
Arleta berjalan mendekat ke arah siswa tersebut dan membantunya berdiri saat melihat seseorang duduk di tanah. Chesta yang berada di dekat mereka hanya memandang bingung tak tahu harus berbuat apa. Wajah Agnes terlihat heran memandang Arleta yang membantu siswa itu berdiri.
"Ngapain loe bantuin dia?" Tanya Agnes. Tak memperdulikan pertanyaan Agnes Ia segera beranjak pergi dari kantin dan mengajak siswa tadi pergi tanpa menoleh. Kesal dan merasa diabaikan Agnes meremas botol air mineral di mejanya dan melemparkannya ke arah Arleta. Sasarannya tepat mengenai kepalanya, terkejut sesuatu menghantam kepalanya Arleta menoleh sambil memegang belakang kepalanya. Menatap tajam ke arah Agnes, sementara Agnes hanya tersenyum puas.
Tanpa sepatah katapun Arleta mengambil botol air mineral tersebut dan berjalan menghampiri Agnes. Wajah Agnes berubah menjadi sedikit takut oleh tatapan Arleta, ia tak tahu apa yang akan dilakukannya. Jarak mereka kini hanya satu langkah dan tiba-tiba Arleta menyiram air mineral yang ada di botol tersebut di atas kepala Agnes. Sontak hal itu membuat Agnes semakin marah.
"Apa yang loe lakuin?Hah!" Teriak Agnes. "Maksud loe apa?"
"Gue nggak suka sama orang yang semena-mena, loe pikir sekolahan ini punya loe?" jawab Arleta membuat Agnes semakin marah dan memukul orang di depannya itu. Keduanya saling memukul dan kantin menjadi semakin kacau, Chesta berusaha menghindar tapi Arleta justru jatuh tepat di depannya. Begitu juga Agnes yang terus berusaha memukul, tak bisa melihat perkelahian di antara mereka Chesta memberanikan diri untuk melerai mereka.
"Udah berhenti, kalian ini teman kenapa kalian malah berantem." Tangan Chesta menghentikan dua tangan mereka yang siap menjambak stu sama lain. Namun salah satu tangan Agnes justru yang bertindak, mengenai pipi Chesta dan membuatnya terjatuh. Kekacauan itu di hentikan oleh guru BP karena Ina dan yang lainnya melapor guru BP.
Agnes dan Arleta harus masuk ke ruang BP dan mungkin akan lama membuat Chesta sedikit cemas, entahlah kenapa ia harus cemas. Setelah menunggu Arleta keluar terlebih dahulu, ia memandang heran ke arah Chesta yang langsung menghampirinya. Tapi Arleta justru segera menuju kelas tanpa berkata apapun. Dia memang sedikit dingin, sejak awal masuk memang terlihat dingin dan berani. Selama ini tak ada yang berani pada Gafi dan yang lainnya tapi Dia berani memukul Agnes.
Tak ada kata apapun yang terucap sampai mereka duduk di tempat masing-masing. Chesta memandang Arleta kawatir, rasanya ingin bertanya tapi Arleta terlalu dingin. Beberapa siswa melihat kejadian di kantin dan mereka yang tak melihat selalu bertanya tentang kejadian di kantin. Ina, Vita dan Lisa menanyakan keadaan Chesta namun Chesta juga hanya tersenyum.
Arvad yang mendengar berita itu segera menuju kelas juga di ikuti Yoga dan yang lainnya. Selain itu juga bel masuk sudah berbunyi mereka memang harus belajar. Gafi memandang ke arah Arvad terlihat ada raut wajah kawatir, meskipun Eno dan Yoga tak menyadarinya tapi tentang Arvad, Gafi lah yang paling tahu.
"Wah, anak baru berani juga ya." Seru Gafi saat memasuki kelas membuat Arleta semakin kesal. Namun ia harus menahan emosi, ia tak mau kejadian yang sebelumnya terulang lagi. Arvad menghampiri Chesta memandang dengan penuh arti seolah menanyakan keadaanya. Seperti mengerti pertanyaan dari raut wajah Arvad Chesta justru memalingkan wajahnya.
"Baru sekolah disini udah bikin satu sekolahan ngomongin loe dan sekarang loe udah ngapain temen gue?" tanya Gafi pada Arleta yang duduk diam tak bergeming.
"Tadi loe udah kaya orang kesetanan tapi sekarang malah kaya patung." Sekarang Eno yang berlagak. Tak tahan dengan sikap mereka Arleta merapikan bukunya dan pergi dengan membawa tasnya.
"Woy, mau kemana loe? Pengecut!" Lanjut Eno yang melihat Arleta hampir keluar dari pintu.
"Jangan ngomong seenaknya kalau loe pada nggak tahu kejadiannya." Kini Chesta berkata lantang sambil beranjak dari tempat duduknya. Ucapan itu membuat Yoga dan yang lainnya menatap Chesta. Arleta berhenti sejenak dan menoleh ke arah Yoga dan yang lainnya.
"Loe semua itu sama aja." ujarnya lalu beranjak pergi.
Arvad melihat ke arah wajah Chesta terlihat luka di sudut bibirnya. "Ches, loe nggak apa-apa?" Tanya Arvad dengan refleks menyentuh pipi Chesta membuat beberapa orang melihatnya heran. Sadar dengan sikap Arvad dan kepergian Arleta, tangannya segera menepis. Chesta pergi menyusul Arleta. Sementara Gafi, Eno dan Yoga melihat Arvad penuh tanya. Sementara yang di pandang hanya kembali duduk di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...