Suasana kelas yang biasanya gaduh kini terlihat seperti tak bersemangat, terutama Chesta dan yang lainnya. Chesta belum sempat menjenguk Ina setelah pulang dari rumah sakit karena tugas yang begitu banyak. Begitupun juga dengan yang lainnya.
"Hei, jangan murung mulu." Sapa Gafi pada Chesta yang terlihat buruk sekali.
"Gue nggak tahu keadaanya sekarang gimana."
"Tenang pasti dia baik-baik saja." Katanya sambil mengusap kepala Chesta menenangkan.
"Gimana dengan Eno?"
"Hah, dia mah Cuma manja begitu doang aja sampe nggak masuk berminggu-minggu."
"Dasar, lo tuh harus peduli sama sahabat lo sendiri."
"Gue lebih peduli sama lo." Gafi mulai gombal,di balas dengan sikutan dari Chesta.
"Ah,,, sakit tau." Serunya sambil memegang perut.
Arvad dan Yoga datang bersamaan, Chesta melihat ke arah Arvad yang sudah lama Ia tak melihat mantannya itu tersenyum. Bahkan saat Chesta tersenyum kepadanya Arvad hanya membalas sekilas bukan karena tulus tersenyum tapi itu seperti senyum dipaksakan.
"Kelas sepi ya nggak ada Ina." Kali ini Lisa yang duduk di belakang Chesta mulai merengut, kelas memang tampak sepi karena Ina yang biasanya selalu duduk di sampingnya kini hanya sendiri.
"Maafin gue ini semua salah gue." Vita tertunduk, Chesta menengok kebalakang dan menggeggam tangan Vita menenangkan. Mereka tersenyum.
Seseorang datang dengan sedikit lambat, mereka di kelas mengira itu guru tapi ternyata itu adalah Eno. Yoga tersenyum, begitu juga Arvad dan Chesta melihatnya lega. Mereka datang menghampiri Eno dan membantu berjalan menuju bangkunya.
"Eh, bocah manja akhirnya masuk juga lo." Seru Gafi.
"Ngape kangen sama gue?" tanya Eno.
"Iya kangen gue." Kata-kata Gafi membuat Eno tersenyum. "Kangen pengen jitak." Lanjut Gafi sambil menjitak kepala Eno, Eno cukup kesal dan mengaduh.
"Aa,, kepala gue sakit." Membuat yang lainnya panik.
"Bukannya kaki lo ya yang luka." Celetuk Arleta yang duduk di dekat Arvad, Eno hanya nyengir dan Gafi kesal. Sementara yang lainnya tertawa.
***
Sepulang sekolah Chesta dan yang lainnya menengok Ina yang belum bisa masuk sekolah. Terlihat Ina duduk di halaman belakang lebih tepatnya taman kecil di rumah Ina. Suasana yang sejuk dan nyaman membuat siapa saja betah di sana.
"Gimana keadaan lo?" tanya Arleta.
"Udah mendingan kok, Cuma orang tua gue aja yang masih belum bolehin ke sekolah." Sahutnya. "Gimana sekolah?" tanyanya.
"Masih pada tempatnya kok belum berubah." Jawaban Lisa membuat mereka tertawa. Chesta tahu maksud arah pertanyaan Ina, dia seperti ingin mennayakan seseorang.
"Yoga baik kok, Eno juga udah masuk lagi terus mereka kayaknya udah baikan." Kali ini Arleta menjawab tanpa beban, itu tandanya pikirannya hampir sama dengan Chesta. Chesta tersenyum.
"Rian, juga sering nanyain kamu Na." Kali ini Lisa yang berkomentar dengan raut wajah yang hampir sulit digambarkan. Ina tersenyum. Raut wajah Lisa semakin aneh saat Ina tersenyum.
"Jadi mereka udah baikan ya, lalu kita giamana?" Arleta tersenyum.
"Kita, emangnya kita marahan ya?" kali ini Vita dengan wajah tak ingin di pojokkan. Mereka langsung menoyor kepala Vita dan tertawa.
"Oke gue akui, gue minta maaf." Kali ini Vita bersuara. "Gue terlalu egois." Lanjutnya.
"gue juga minta maaf ya." Kali ini Lisa ikut meminta maaf. Chesta dan Ina tersenyum.
"lo nggak marah Ches?" tanya Lisa dan Vita bersamaan. Hanya di balas gelengan kepala oleh Chesta. Lalu mereka berpelukan seperti teletabies.
"Na, gimana lo sama Yoga?" tanya Vita. Ina sedikit tersenyum meski terlihat sedih di wajahnya.
"gue sama dia udah putus, tapi semalem dia nengokin gue dia juga sering dateng kerumah sakit. Ya kita masih temenan kok." Jawabnya.
"Apa karena lo udah sama Rian?" selidik Lisa.
"Kenapa lo nanya gitu, jangan-jangan lo cemburu ya?" kali ini Ina menyerigai Lisa dan membuat Lisa salah tingkah. Akhirnya membuat semuanya menyoraki Lisa yang terlihat seperti kepiting rebus.
"Hei, gue nggak suka sama Rian." Semua terdiam dan tertawa. Sampai Ina mengaduh karena perutnya sakit. Lisa malah kawatir dengan Ina.
"Kita kan nggak bilang lo suka sama dia, gue Cuma bilang apa lo cemburu." Lalu Ina kembali tertawa. Lisa menjadi bahan olokan mereka, membuat Lisa cemberut.
"Eh, udah-udah kasihan Lisanya." Chesta menyudahi.
"Hem, kayaknya gue yang jones di sini." Vita bersuara, "Ina sama Yoga, Chesta sama Gafi, Arleta sama Arvad dan Lisa ternyata suka sama Rian." Lisa segera menyikut Vita.
"Hei, apa ini artinya perjanjian kita..." Ina mencoba menerka.
"Iya,,, batal. Lagian gara-gara ini semuanya jadi kacau. Gara-gara ini kita sering berantem dan menutupi rahasia satu sama lain. Gara-gara gue patah hati sama Arvad gue malah egois bikin perjanjian itu." Vita sadar dan segera menutup mulutnya dengan kedua tangan.
"Vit, maksud kalimat lo yang terakhir apa?" tanya Chesta penasaran begitu juga yang lainnya. Arleta melihat ke arah Chesta seolah masih ada sesuatu yang belum selesai.
"oke gue ngaku, gue emang makhluk paling egois karena gue pengen masuk geng populer dan gue di tolak dan gue suka sama Arvad tapi dia nolak gue karena dia bilang dia punya orang yang dia suka. Gue coba jadi secret admirer ngasih dia kue tapi dia malah tetep cuek."
Chesta termenung mengingat kue yang selalu ia makan bersama Arvad di rooftop dan di pos itu pemberian sahabatnya sendiri, pantas saja ia seperti mengenal rasa itu.
"Gue minta maaf Ches, gue emnag egois dan gue juga sedikit kesel pas tahu lo sama Arvad pernah pacaran, tapi sekarang gue udah nggak ada rasa sama dia kok." Lanjutnya. Chesta tersenyum, ternyata cinta bisa membuat seperti itu, ia jadi teringat Kay yang mengaku menyukainya dan melakukan hal negatif kepadanya. Ia sedikit bergidik mengingat kejadian itu. Arleta yang mendengar itu menatap serius ke arah Chesta melihat aut wajahnya ingin tahu dan mencoba mengartikan sendiri. Arvad memang populer dan juga baik, pantas jika banyak orang menyukainya.
"Kenapa lo minta maaf sih Vit lagian itu udah lama, masih aja di bahas. Perjanjian kan ada untuk dilanggar." Chesta tertawa begitu juga dengan Ina yang seolah setuju.
"Beruntung gue, punya sahabat yang sebaik lo." Kali ini Vita tersenyum.
"Gue nggak?" tanya yang lainnya. "iya kalian juga." Mereka berpelukan kembali.
Suasana menjadi jauh lebih menyenangkan dan hangat membuat mereka lupa akan waktu untuk pulang.
***
Tadinya bingung mau lanjut post lagi apa nggak sampai selesai, tapi berhubung cerita yang aku tulis ini udah lama di laptop kasihan berjamur nggak ada yang baca. Akhirnya aku akan post sampai,,,sampai semampunya aja lah hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...