Pengusik

995 27 0
                                    

Sampai di tempat tujuan yang terlihat hanya pepohonan dan tanah yang tertutup oleh rumput hijau. Udara sejuk membuat mereka semakin bersemangat sebelum mulai kegiatan mereka mendapat pengarahan dari beberapa guru. Kegiatan hari pertama hanya memasang tenda masing-masing, memasak makanan dan beristirahat. Observasi baru akan dilaksanakan besok karena hari sudah sore. Setelah mendapat informasi tentang kegiaan dan pembagian jatah menyiapkan makanan mereka membubarkan diri untuk menyiapkan tenda.

"Ches, lo yang buat tenda ya gue dapet jatah masak nih." Kata Ina. Chesta hanya mengangguk.

"Kok kalian santai banget sih se bis sama mereka pala gue aja udah puyeng denger mereka nyanyi." Vita masih menggerutu kesal.

"Udah Vit jangan di bahas kita bantuin Chesta aja yuk." Lisa mencoba meredakan.

"Gue kan nggak bisa bikin tenda, gue bantuin Ina aja deh." Sahut Vita lalu pergi. Lisa hanya menggeleng.

"Ches lo nggak marah kan sama sikap Vita yang begitu?"

"Enggak kok, santai aja kali gue udah tahu sifat dia mah marah juga sebentar. Mungkin karena laper." Sahut Chesta tersenyum. Lisa juga tersenyum dan membantu Chesta.

"Btw, kok tendanya begini ya leyot? Apa bisa di tempati?" tanya Lisa bingung melihat tenda yang mereka dirikan sepertinya gagal.

"Gue udah lupa pasang tenda gimana caranya. Tapi kayaknya aman dah." Jawab Chesta berusaha memantapkan. Lisa mencoba memasukinya dan tendanya rusak. Chesta terkejut mencoba menarik Lisa untuk berdiri.

"Huh, kayaknya gue harus panggil Ina dah dia pasti bisa." Kata Lisa mengusulkan dan Chesta mengangguk setuju. Segera Lisa beranjak pergi.

Seseorang datang menghampiri Chesta yang masih berusaha mendirikan tenda.

"Belum selesai Ches?" tanya nya.

"Eh, Rian. Belum nih susah gue nggak bisa." Kata Chesta sedikit kesal.

"Yang lain mana kok nggak bantuin?" tanya Rian.

"Dapet tugas masing-masing nyari kayu, ambil air dan masak."

"Oh, sini gue bantuin." Kata Rian, Chesta mengangguk senang. Mereka berusaha mendirikan tenda bersama. Lalu Arvad datang sebelum tenda mereka selesai berdiri.

"Wah, lo jago diriin tenda ya? Sekalian dong punya gue." Kata Arvad melihat Rian.

"Temen lo kemana kenapa nyuruh gue?"

"pada sibuk ngurusin kerjaan masing-masing. Udah ayo benerin punya gue." Kata Arvad menarik tangan Rian.

"Iya ntar gue kesana, gue selesain ini dulu." Kata Rian dengan wajah sedikit kesal. Arvad setuju dan menunggu di dekat Chesta yang membantu Rian. Namun ia masih terus menyuruh Rian untuk segera meyelesaikannya.

"Woy lama banget sih, gue laper nih nunggu nya." Kata Arvad terus mengganggu.

"Kalau lo laper makan aja sana nggak usah nunggu," katanya kesal. Setelah selesai Rian bermaksud pamitan dengan Chesta tapi Arvad segera menariknya.

"Lo pake acara pamitan segala bikin lama, cepet apa." Katanya sambil menarik Rian. Meski kesal Rian tetap mengikuti Arvad. Setelah sampai di tempat yang dimaksud Rian terkejut karena tenda milik Arvad sudah berdiri.

"Lo bilang nggak bisa diriin tenda nah ini apa?" protes Rian.

"Oh, kok udah diri aja ya. Siapa yang diriin?" kata Arvad berlagak tak tahu.

"Lo ganggu gue aja ya. Heh." Rian kesal dan segera pergi. Sementara Arvad hanya tertawa melihat kekesalan Rian.

"Heh, lo apain tuh anak sampe kesel gitu?" kata Gafi sambil memukul kepala Arvad dari belakang.

"Ah, sakit kampret." Katanya sambil mengusap kepalanya dan berniat membalas.

"Ternyata lo masih usil aja ya." Kata Yoga yang baru datang. Arvad tersenyum sinis, sementara Gafi mengejeknya karena Arvad tak bisa membalas pukulannya.

"Eh, Eno kemana?" tanya Yoga tak melihat Eno.

"Biasalah nyari gebetan dia mah." Sahut Gafi. "Asal jangan ama geng cewek pinter itu aja sih." Lanjutnya. Kemudian mereka bersiap untuk mengerjai beberapa murid lainnya. Suasana yang sejuk membuat kegiatan itu tenang dan seru tapi keberadaan mereka selalu membuat suasana berubah dan sedikit kacau.

Walaupun begitu kegiatan hari itu berjalan cukup lancar tenda-tenda sudah terpasang makanan juga sudah siap untuk di bagikan. Hari sudah mulai malam udara juga sudah berubah semakin dingin. Api unggun mulai dinyalakan untuk menghangatkan. Agnes yang merasa kesal karena tak satu bis dengan Arvad, mencoba mendekati Arvad lagi. Kali ini ia membawakan makanan untuk Arvad tentu saja fans mereka senang dan merasa kalau mereka semakin cocok. Tapi tidak dengan Chesta yang merasa kesal melihatnya, ia harus menahan kekesalannya seorang diri. Sore tadi ia melihat Agnes meminta bantuan Arvad untuk mendirikan tenda lalu mereka juga sempat ngobrol bersama, juga melihat Agnes membawakan makanan untuk Arvad.

Kali ini ia melihat Agnes bergabung dengan Arvad dan teman-temannya sedang duduk di dekat api unggun. Meskipun ia kesal tapi ia tetap duduk di lingkaran api unggun karena tak kuat menahan dingin.

"Ah, mereka lagi mereka lagi." Kata Vita saat duduk di dekat Chesta. Chesta menoleh padanya.

"Lo mau kemana?" tanya Ina yang melihat Vita beranjak pergi.

"Ambil makanan, masih laper gue." Sahut Vita lalu mengajak Lisa pergi.

"Kenapa sih Vita benci banget sama mereka?" tanya Chesta. Ina tersenyum.

"Hem, nggak tahu." Lalu menggeleng, "Hoam,,ngantuk gue." Ia segera pergi ke tenda. Setelah mulai hangat dan suasana semakin menyebalkan Chesta memilih untuk pergi dari tempat itu. Ia berniat untuk segera ke tenda tapi melihat pemandangan hutan yang gelap dipenuhi kunang kunang tanpa ia sadari kakinya melagkah mendekati hutan. Ia tak jub dengan banyaknya kunang-kunang yang terbang di sana . ia terus berjalan memasuki hutan dan sadar saat terpeleset, karena gelap ia tak melihat jika di bawah sana ada jurang. Hampir saja Ia terjatuh, hanya terduduk tapi saat akan berdiri terasa sulit.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang