6 Tahun kemudian....
(Chesta kerja sudah 2 tahun di perusahaan penerbitan.)
(Vira kuliah semester 6 di ptn)
Hari sudah malam Chesta baru pulang dari tempatnya bekerja, ia hanya melihat Vira sedang asyik membaca sebuah komik di ruang tamu.
"Assalamualaikum." Chesta memberi salam.
"Walaikumsalam." Vira terus melanjutkan membaca sambil tersenyum sendiri.
"Bunda mana?" tanya Chesta duduk merebahkan badannya.
"Tidur."
"Udah tidur? Apa lagi sakit?" tak ada jawaban hanya fokus pada komik nya saja. Chesta menatapnya kesal.
"Dek, denger nggak sih?"
"Iya, apaan sih kak? Bunda baik-baik aja kalau nggak percaya sono samperin sendiri jangan ganggu orang apa." katanya ketus. Lalu pergi menuju kamarnya.
"malah nyolot, lama-lama gue buang tuh komik." Kata Chesta kesal. Sudah beberapa bulan ini Vira terlihat selalu fokus pada komiknya dan jarang terlihat dia sedang belajar.
***
Libur kerja sebenarnya hal yang ingin di lakukan adalah istirahat tetapi keadaan rumah yang cukup berantakan membuat Chesta tak betah melihatnya. Tanganya seperti reflek mengambil sapu dan kemoceng. Ia juga harus membersihkan kamar Vira yang cukup berantakan dengan komik yang cukup banyak di atas kasur.
"Sejak kapan sih nih anak suka baca ginian." Gerutunya sambil memunguti komik yang terjatuh banyak judul komik disana ada yang familiar seperti, one piece, fairy tail, doraemon, dan conan. Namun ada satu komik yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
"komik apa ini, prasaan baru lihat." Batinnya sambil mengangkat komik itu dan membaca judulnya.
"Best Friend..." bacanya dan mencoba melihat siapa pengarangnya, namun Vira muncul dari kamar mandi.
"Kak, lo juga suka komik?" tanya Vira.
"Kagak."
"Dulu lo suka beli komik kan?"
"Itu kan bukan buat gue"
"Oh, buat kak Arvad ya..." katanya meledek.
"Ya. Udah sono beresin tuh. Kamar cewek juga berantakan begini." Kata Chesta hendak pergi.
"Ini seni kak, seni..." katanya hampir berteriak. "Kak lo nggak mau baca yang ini? Bagus lo isinya kaya persahabatan gitu." Kata Vira terus berteriak meskipun Chesta sudah cukup jauh.
***
Chesta sibuk berkutik di depan laptop miliknya, mengerjakan beberapa tugas yang belum sempat selesai di kantor. Ia sedikit pusing dengan tugas yang tak kunjung selesai dan setiap hari seolah semuanya menumpuk, ini karena beberapa orang mempercayakan tugas mereka padanya. Padahal ia sudah menolak namun apa daya, mereka lebih senior.
"Arrggghhh...bisa stress gue kalau kaya gini terus, weekend bukanya hangout malah ngurursin kerjaan beginian mulu." Gerutunya sambil merebahkan badan ke kasur. Ia teringan kebersamaannya dengan teman-temannya saat dulu mereka sering bermain bersama walau hanya sekedar mengunjungi taman, ngobrol dan bercanda tapi itu mengasyikkan. Sekarang dia seperti tak memiliki teman lagi, hanya Lisa yang sekarang cukup dekat dengannya dan masih sering bertemu. Itu juga krena jarak rumah mereka tak begitu jauh.
Handphone miliknya berdering, ia cukup malas untuk mengangkatnya. Namun segera ia raih untuk tahu siapa yang mengusik lamunanya.
"Siapa nih, nomor doang" katanya setelah yang terlihat hanya deretan angka yang tak dia kenal.
"Halo?" sapanya.
"Chestaa..." teriak si penelpon girang.
"Arleta?" ia sedikit ragu takut kalau salah tebak.
"Iya, ini gue. Gimana kabar lo?"
"Baik, lo sendiri?"
"Sama, besok jangan lupa buat dateng ya. Awas kalau banyak alasan."
"Dateng? Kemana?" tanya Chesta bingung.
"Jangan pura-pura lupa dah, kemarin gue udah nitip undangan ke adek lo."
"Undangan?"
"Iya, gue mau merrid..."katanya senang.
"Hah, besok? Kok Vira nggak ngasih apa-apa ya."
"Yah, pokoknya sekarang lo kan udah tahu jadi besok lo mesti dateng."
"Iya, bwt lo sama siapa?"
"Hemm... sama mantan lo."
"Oh,." Jawab Chesta lemah. Pikirannya tertuju ada Arvad.
"Ya udah gue tutup dulu ya, gue lagi di launching komik nya Arvad nih. Lo kesini dong."
"Gue nggak bisa, ini aja gue lagi ngerjain kerjaan dari kantor."
"Yah, weekend juga. Tapi besok dateng lho jangan sampai nggak."
"Iya,,, gue usahain dateng."
"Ya udah gue tutup dulu ya, bye." Arleta mengakhiri percakapan dan sambungan terputus.
Chesta merasa ada yang aneh di dirinya, seperti hatinya terasa berbeda. Ia merebahkan kembali tubuhnya di kasur.
"Ar, selamat ya. Akhirnya lo bisa dapetin Arvad orang yang selalu cuek sama lo, orang yang lo sayangin. Gue seneng tapi kenapa hati gue rasanya aneh gini." Lalu ia teringat tentang undangan yang tak sampai ke tangannya. Ia berdiri dan menuju kamar Vira, terlihat dia masih asyik dengan komik di tanganya.
"Baca komik mulu, undangan gue mana?" tanya Chesta kesal.
"Undangan apaan?" tanya Vira.
"Kemaren katanya Arleta kesini ngasih undnagan."
"Oh itu, bukannya tadi udah kakak ambil ya kan tadi bebenah disini?"
"Nggak, lihat ada undangan aja nggak."
Vira berjalan menuju meja belajar dan melihat tumpukan kertas yang tadi ada di sana suadah tak ada lagi. "Loh, kertas-kerta tadi mana, tadi bareng kerta itu disni."
"Kertas nggak kepake di tumpuk begitu, ya gue buang."
"What, di buang. Itu catetan temen gue yang gue pinjem kak." Vira terlihat panik dan kesal.
"Lagian di tumpuk begitu. Ya mana gue tahu."
"Dan undanganya juga ada di sini tadi." Chesta terkejut mendengar itu.
"Berarti yang gue bakar tadi..."
"Apa? di bakar? Matilah gue, gimana gue ngomong sama temen gue kalau catetannya di bakar." Katanya kesal, tahu adiknya kesal Chesta segera pergi dari kamar tersebut.
"Sorry gue nggak tahu, lagian naro sembarangan." Sambil berlalu. Dan Vira semakin menjadi-jadi dengan omelannya.
"Harusnya gue yang marah karena amanah nggak di sampein malah di ayang marah sih." Gerutu Chesta setelah tiba di kamar. Ia harus bersiap-siap untuk besok siap dari luar dan dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...