Hari sabtu seharusnya jadwal pelajaran tidaklah begitu padat tapi ternyata di SMA 3 masih sibuk belajar dan mendengarkan guru menerangkan pelajaran. Chesta antusias mendengarkan sementara yang lain asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, ada yang memainkan ponselnya.
"Untuk tugas kalian akhir semester ini kalian observasi ya dan ini wajib jika tidak ikut observasi nilai kalian dikurangi." Ucapan Bu Tanti membuat semua murid tenang dan mendengarkan.
"Observasi dimana bu?" tanya salah seorang murid laki-laki.
"Di hutan, untuk tempat detailnya masih didiskusikan pihak guru. jadi nanti semua kelas IPA harus ikut karena ini untuk tugas akhir. Jangan hanya main-main karena setelah itu kalian menyusun laporan per kelompok." Jelas bu Tanti.
"Jadi kita camping bu?" Tanya Ina.
"Iya, kita menginap."
"Yeee...." semua murid bersorak kegirangan. Chesta tersenyum melihat tingkah Ina yang terlampau bahagia.
"Tenang semua tenang, ingat bukan untuk main-main. Persiapannya masih seminggu, jadi bisa saja ini ditunda karena masih dirapatkan."
"Yaaahh..." seru mereka serempak kecewa.
Pernyataan bu Tanti dan kabar akan di adakan camping telah menyebar dengan cepat. Hampir semua murid membicarakan tentang hal ini. Begitu juga dengan Yoga dan yang lainnya.
"Guys, gue males banget ikut camping nih." Kata Eno saat di kantin.
"Ngapa lo kaya cewek aja, males malesan." Sahut Yoga sambil makan gorengan.
"Gue males aja tugasnya camping mah ayo aja." Jawabnya.
"Kaku lo, lupa lo ya kita tuh nggak pernah mikirin tugas. Kita kesana dateng juga bikin onar."
"Lo mah ga, biang onar." Sahut Gafi yang baru datang membawa pesanan.
"Lah lo apa, kampret?"
"Anaknya, biang keringat." Celetuk Arvad. Langsung dilempar sedotan oleh Gafi.
"Eh, tapi gue ikut dah sapa tahu bisa gaet cewek-cewek cakep." Kata Eno tiba-tiba sambil mengalihkan pandangan menuju Agnes dan teman-temannya.
"Huu..."seru mereka serempak sambil menoyor kepala Eno.
"Cewek mulu lo pikirin, liat tuh Arvad yang paling ganteng aja masih jomblo apalagi lo." Kata Yoga.
"Dia mah jomblo bukan karna nggak laku dia nolak mulu."
"Apaan sih lo pada." Sahut Arvad sambil beranjak pergi untuk memesan makanan.
Kantin yang begitu ramai cukup membuat Chesta sulit bergerak untuk keluar dari kerumunan, hingga akhirnya ia berhasil keluar tapi lebih tepatnya terdorong keluar. Namun sialnya, minuman yang ia bawa mengenai seseorang. Dan hal ini cukup membuat Chesta terkejut.
"Sengaja ya lo?" bentak Agnes.
"Sorry gue nggak sengaja, gue bantu bersihin deh." Kata Chesta merasa bersalah dan berusaha membersihkan kotoran di baju Agnes dengan tissu.
"Gara-gara lo baju gue jadi kotor, nggak perlu sok sokan mau bersihin yang ada malah makin kotor sama orang kaya lo." Kata-kata kasar Agnes membuat semua yang awalnya ramai menjadi senyap dan memperhatikan mereka.
"Oke gue minta maaf, gue salah, gue nggak sengaja."
"Nggak cukup dengan minta maaf aja." Kata-kata agnes membuat Chesta bingung maksud dari perkataan itu. Lalu tiba-tiba tangan agnes meraih minuman yang ada di tangan Chesta dan menyiramkan ke kepala Chesta. Semua orang terkejut dengan hal itu, begitu juga Chesta ia tak bisa berbuat apa-apa. Segera ia berlari meninggalkan kantin, rasanya sangat malu berada disana dengan perlakuan tersebut.
Agnes tersenyum puas melihat Chesta pergi dengan basah kuyup karena minuman. Matanya melihat ke arah arvad dan segera menghampirinya.
"Hai vad, mau makan apa?" tanya nya dengan nada lembut. Tapi Arvad melihatnya dengan tatapan tajam, lalu pergi meninggalkan kantin. "Arvad, mau kemana lo?" teriak Agnes yang tak dianggap oleh Arvad.
Arvad berlari mencari sosok Chesta, ia menuju kamar mandi tapi tak menemukannya. Menuju kelas juga tak ada, hingga ia ingat satu tempat yang belum ia datangi. Rooftop.
Ia terengah-engah menaiki tangga berharap usahanya tak sia-sia, sesampainya di sana tak ia temukan satu orang pun bahkan tak ada tanda-tanda Chesta dari sana. Ia mencoba menghubunginya tapi tak diangkat. Tak tahu ia harus mencari kemana dan seperti sangat lelah Arvad terduduk disana. "Ches, kemana sih lo? Kenapa ngilang gitu aja. Ches maafin gue, maafin gue." Kata Arvad dengan nada menyesal, dan tertunduk menenggelamkan wajahnya.
"Kenapa lo yang harus minta maaf?" tanya seseorang membuat Ia terkejut dan mengangkat wajahnya. Chesta. Batinnya. Segera ia berdiri menghampiri Chesta yang bersandar di tembok rooftop. "Apa lo cowoknya Agnes sampai lo harus yang minta maaf?" tanya Chesta lagi kali ini membelakangi Arvad.
"Bukan gitu maksud gue." Kali ini mereka berdiri berjajar menghadap hamparan bangunan rumah penduduk. "Gue minta maaf, buat diri gue sendiri bukan buat Agnes." Chesta menoleh ke arah wajah Arvad yang tampak serius. "Gue cowok lo, tapi gue nggak pernah bisa belain lo, bahkan saat lo dapet perlakuan buruk sama orang lain." Kali ini ia tertunduk.
"Gue pikir kalau kita backstreet fans lo nggak bakal gangguin gue. Tapi gue salah ini bukan soal fans lo, tapi soal gue. Gue yang nggak di kenal, nggak populer sama sekali dianggap paling nggak asyik mungkin. Gue baru sadar kita backstreet bukan karena kesalahan lo tapi semua ada di gue."
"Lagi-lagi ngomong hal yang nggak penting, lupain itu semua dari pikiran lo. Cukup lo pikirin gue aja jangan yang lain." Kata Arvad menatap Chesta dan mengusap kepalanya.
"Gue Cuma khawatir sama lo Ches." Pernyataan Arvad membuat Chesta tersenyum walaupun kadang sebenarnya bukan kata-kata itu yang dia inginkan, entah mungkin Chesta sangat menyayangi Arvad sampai-sampai ia sulit untuk marah padanya. Jika marah hanya berlangsung sesaat dan selalu mengikuti kehendak Arvad.
"Kok masih lengket gini, belum dibersihin ya?" ledek Arvad.
"Apaan sih, udah tadi." Seru Chesta sambil memegang rambutnya.
"Tadi gue cariin di toilet cewek nggak ada."
"Hah, loe ke toilet cewek ngapain? Ngintipin cewek lain ya?" kata Chesta terkejut.
"Ye..nggak lah, gue kawatir ches gue cari kemana-mana nggak ada. Kalau gue nggak pas khawatir boleh tuh ngintipin mereka." Arvad tersenyum jahil.
"Lo tuh cowok macam apa sih, gue lagi begini mau ngintipin cewek lain." Chesta kesal dan memukuli Arvad.
"Aduh,,aduh,, iya iya gue bercanda Ches." Teriak Arvad dengan kesakitan. Chesta tertawa melihat Arvad menyerah dengan pukulannya. Arvad tersenyum melihat Chesta tertawa ada rasa lega di hatinya.
Salah satu hal yang buat gue bahagia itu ngeliat lo bisa tertawa Ches, dan makin bahagia lagi kalau itu karena gue.
Batin Arvad, Chesta terdiam sejenak. "Kenapa berhenti?" tanya Arvad.
"Berhenti apa?" Chesta balik bertanya bingung.
"Berhenti tersenyum, Jangan berhenti."
"Hah, aneh lo. Au ah mau ke kelas." Lalu Chesta pergi meninggalkan Arvad, sekarang ia menuruni tangga dengan tersenyum.
Salah satu hal yang buat gue bahagia adalah tertawa, tertawa sama lo.
Batin Chesta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...