Basket

799 14 0
                                    

Setelah seminggu berjalan, Ina masih marah dengan Yoga hal itu membuat Yoga uring-uringan tak jelas. Marah-marah saat main PS atau saat balapan padahal dia yang menang. Eno dan yang lainnya hanya bisa menggelengkan kepala tak mengerti, karena tak pernah bercerita sedikitpun.

"Loe kenapa sih seminggu ini udah kaya cewek PMS?" Eno kesal dan akhirnya bertanya.

"Biarin aja ntar juga tenang sendiri." Sahut Gafi sambil membaca buku milik Chesta.

"Loe lagi tumben banget sibuk baca buku." Eno menatap Gafi heran dan melihat sekilas buku itu. "Ini bukannya buku punya tuh cewek. Ngapain loe baca ini? Loe naksir sama dia?" tanya Eno kesal.

"Belum sih." Kata Gafi datar, membuat Arvad heran dan menatap Gafi.

"Terserahlah." Eno sudah terlajur kesal karena merasa di acuhkan dan pergi meninggalkan rumah Yoga dengan motornya.

Pelajaran Hari ini olahraga seperti biasa Chesta tak pernah bisa mendapat nilai yang baik saat mata pelajaran ini. Ini kelemahannya kedua selain Fisika. Berkali-kali ia mencoba memasukkan bola ke dalam ring tapi gagal, dan berakhir dengan mendapat omelan dari Guru olahraga.

"Pelajaran Kali ini cukup sampai disini. Dan kamu Chesta minggu depan kamu harus sudah bisa melakukan dribble dan memasukkan bola dalam ring." Chesta hanya tertunduk malu karena hanya dia yang tak bisa memasukan bola sama sekali.

"Kalau minggu depan kamu gagal lagi nilai olahraga kamu nol, jangan kira kalau olahraga itu bukan pelajaran yang penting. Ingat itu Chesta." Chesta hanya mengangguk. "Baik sekarang kalian boleh berganti pakaian." Lalu guru olahraga meninggalkan lapangan. Mereka juga ikut membubarkan diri namun Chesta masih disana.

"Ches, ayo laper gue." Ajak Lisa yang melihat Chesta masih mematung di tempat.

"Kalian mau nggak ngajarin gue main basket? Gue nggak mau dapet nilai nol." Katanya memohon. Arleta menghampirinya.

"Ayo gue ajarin." Katanya membuat Chesta tersenyum senang. Mereka akhirnya belum berganti pakaian dan masih mengajari Chesta memasukan bola ke dalam ring.

"Ah, gue pikir kalian juga bisa." Gerutu Chesta.

"Kita bukannya nggak bisa Cuma kita bingung ngajarin loe gimana lagi sementara kita juga Cuma dapet nilai pas pasan." Kata Vita dan yang lainnya menyetujuinya membuat raut kesal di wajah Chesta.

"Ya udah ganti baju yuk. Makasih udah mau ngajarin padahal kalian juga dapet nilai pas-pasan." Kata Chesta lesu.

"Itu tadi gue anggep muji atau ngejek ya?" Ina menyerigai. Chesta hanya tersenyum. Mereka kembali ke kelas masing-masing. Terlihat raut wajah Yoga sudah seperti biasanya begitu juga Ina sepertinya masalah mereka sudah selesai. Arvad memandang Chesta yang lesu mungkin memikirkan ucapan guru olahraga tadi. Memang Arvad sudah mengetahuinya kalau Chesta tak pandai dalam semua hal, bahkan ia juga tahu kalau Chesta tak sanggup untuk berolahraga. Ia tak menyukainya.

"Loe nggak bakalan nggak naik kelas Cuma karena pelajaran olahraga." Kata Gafi membuat Chesta mengangkat kepalanya.

"Tapi pelajaran olahraga ada di praktek saat ujian nanti." Katanya lesu.

"Hahaha...gue pikir loe pinter dalam segala hal." Kali ini Chesta kesal dengan tawa Gafi.

"Setiap orang punya titik lemah dan titik kuat nya masing-masing, nggak ada yang sempurna tapi itu membuatnya imbang." Kata Chesta.

"Wow sekarang loe udah kaya motivator ya." Seru Gafi membuat Chesta kesal.

"Terserahlah." Katanya lalu merebahkan kepala lagi diatas meja.

Back To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang