Arvad menunggu Chesta keluar dari kamar mandi dan segera menghadangnya saat ia sudah keluar.
"Ada apa?" tanya Chesta heran.
"Apa loe beneran baik-baik aja?" pertanyaan Arvad hanya dibalas dengan anggukan dan ingin segera melangkah pergi. Arvad mengacungkan handphonnya.
"Kenapa loe miscall gue semalem?" Kali ini sulit untuk di jawab, karena kejadian semalam itu benar-benar sangat menakutkan. Semalam saat bersembunyi Chesta berusaha menelfon siapa saja Ina, Vira, Bunda, dan yang terakhir Arvad. Entah kenapa dalam kondisi seperti itu nama Arvad masih ada di otaknya bahkan Ia sempat berharap Arvad menolongnya dan menghajar habis Kay. Ia bahkan lupa kalau mereka sudah putus.
"Kenapa? Apa loe kangen? Atau loe dalam bahaya?" tanya Arvad lagi membuat Chesta tertunduk. Entah sekarang ia harus jawab apa. Karena sekarang Ia sadar mereka sudah berakhir sulit untuk menjawabnya. Tak mungkin ia akan menjawab kalau dia sangat takut dan butuh perlindungan. Memangnya Arvad satpam atau apa yang harus selalu ada saaat di butuhkan. Jika iya itu dulu sekarang sudah bukan lagi. Sekarang dia bukan tempat untuknya berlindung.
"Oke, loe nggak mau jawab?" kali ini Arvad beranjak pergi sementara Chesta masih diam mematung. Langkah Arvad terhenti setelah berjalan beberapa langkah.
"Siapa dia?" Tanya Arvad membuat Chesta menoleh, air matanya hampir terjatuh. Banyangan wajah Kay membuat ketakutannya muncul. Tak ada jawaban Arvad hanya mengangguk seolah mengerti sesuatu dan pergi meninggalkan Chesta yang terdiam dengan air mata. Jantungnya berdetak sangat kencang seperti semalam, ketakutan itu muncul lagi. Apa ini trauma atau apa, kenapa ketakutan itu seperti nyata.
Aku tak perlu jawabanmu untuk tahu apa yang terjadi, dan aku tak perlu jawabanmu untuk tahu siapa yang sudah menyakitimu. Cukup melihat matamu aku tahu siapa dia.
Batin Arvad kali ini ia benar-benar merasa yakin siapa yang sudah membuat luka di wajah Chesta dan mungkin luka di hatinya juga. Dengan langkah kaki yang berat karena cideranya yang masih sakit ia berniat untuk ke kelas. Seharusnya hari ini Ia tak ke sekolah tapi karena kejadian semalam tak menemukan Chesta membuat ia harus masuk dan mengecek keadaan Chesta di sekolah. Melihatnya hari ini dengan beberapa bekas luka membuat Arvad terkejut dan sedikit marah, rasanya ingin menghabisi siapapun yang melakukannya.
Ia menghampiri mejanya dan duduk di dekat Arleta melihat sosok perempuan itu. Ada beberapa luka juga di tangannya membuat Arvad berpikir sejenak.
"Loe bareng Chesta semalem?" tanya Arvad langsung tanpa basa basi lagi. Arleta menoleh dan meletakkan handphonenya sejenak.
"Hmm.." jawab Arleta.
"Apa luka ini karena loe nolongin dia?" tanya Arvad menunjuk luka lebam di tangan kiri Arleta. Kali ini hanya di balas dengan anggukan, sebenarnya Arleta bingung akan menjawab apa karena takut ini akan berdampak pada Chesta.
"Makasih udah nolongin dia." Kata Arvad tersenyum lalu kembali mengambil buku gambarnya. Hal itu membuat Arleta heran dan sedikit penasaran.
"Apa itu penting?" tanya Arleta.
"Sangat." Jawab Arvad tersenyum. Jawaban itu membuat hatinya sedikit aneh, maksudnya Chesta itu penting atau perbuatannya itu penting, atau pertanyaan itu penting sampai Arvad tersenyum saat dia tahu Arleta menolongnya. Perasaan aneh macam apa ini? Apa ini cemburu?
Tapi setelah pertanyaan itu Arvad berubah menjadi terlihat baik dan sangat ramah padanya mereka bahkan sempat mengobrol tentang anime dan beberapa gambar yang sudah Arvad gambar selama ini. Arleta sudah menyukai anime sejak kecil jadi dia tahu beberapa tokoh anime dan ia baru menyadari ternyata Arvad tak sedingin yang ia kira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back To You [END]
Teen FictionTerkadang kau ingin terbang bebas saat dirimu mulai bosan dan lelah dengan keadaan. Tetapi saat kau sudah bebas dari semua hal yang membuatmu terkurung, terkadang kau merindukan itu. apakah rindu membuat sesuatu yang bebas memilih untuk kembali terk...